LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
Laporan Ini Diajukan
Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah
Mikrobiologi
OLEH :
ZUR
MUCHSIN
I1A2 12 075
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS
PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS
HALU OLEO
KENDARI
2013
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pengenalan alat-alat praktikum
penting dilakukan guna untuk keselamatan kerja dalam melakukan proses
penelitian. Selain itu juga pengenalan alat praktikum bertujuan agar mahasiswa
mengetahui nama dan fungsi dari alat-alat tersebut. Alat-alat praktikum sangat
di butuhkan dalam proses penilitian atau pun prktikum terutama dalam proses
praktikum kimia. Ada banyak sekali alat-alat yang digunakan dan mempunyai
fungsi masing-masing didalam bidang keilmuan atau pun proses penilitian tentu
alat-alat ini sangat di butuhkan sekali. Alat-alat laboratorium juga dapat
berbahaya jika terjadi kesalahan dalam prosedur pemakaiannya. Maka
diperlukannya pengenalan alat-alat laboratorium agar penggunaan alat tersebut
dapat dipergunakan dengan fungsi dan prosedur yang baik dan benar, sehingga
kesalahan yang terjadi dapat diminimalisir sedikit mungkin. Hal ini penting
agar mendapatkan hasil penelitian yang baik dan benar. Data-data yang tepat
akan meningkatkan kualitas penelitian seseorang. (Novilia, 2008).
Dalam praktikum pengenalan
alat-alat laboratorium dan alat-alat sterilisasi akan dijelaskan secara detail
mengenai fungsi dan spesifikasi masing-masing alat tersebut. Sterilisasi adalah
usaha untuk membebaskan bahan-bahan dari mikrobia yang tidak diinginkan. Jadi
Alat-alat sterilisasi adalah alat yang digunakan untuk membebaskan suatu bahan
atau alat lain dari mikrobia yang tidak diinginkan. Pada umumnya kegiatan
praktek laboratium diarahkan pada upaya agar mahasiswa dituntut untuk menguji,
memverifikasi atau membuktikan hukum atau prinsip ilmiah yang sudah dijelaskan
oleh dosen, asisten dosen atau buku teks. (Sudarmadji, 2005).
Dalam praktikum mikrobiologi ini, banyak alat-alat yang
digunakan di laboratorium seperti mikroskop cahaya, cawan petri, tabung reaksi,
labu erlenmeyer, bunsen, beaker glass, gelas ukur, batang pengaduk, pinset,
jarum Ose, kaca preparat, spatula, timbangan analitik, oven, autoklaf serta
Laminar Air Flow dan sebagainya. (Laila, 2006).
Alat-alat yang digunakan sewaktu
praktikum harus digunakan secara hati-hati dan teliti karena pada umumnya alat
tersebut terbuat dari kaca sehingga bisa saja pecah. Praktikan yang baik
biasanya mempunyai ketelitian dan kesabaran yang tinggi. Dalam melakukan
pengukuran biasanya dia tidak akan puas dengan hanya satu kali percobaan, dia
akan mengukur beberapa kali dan mencari data mana yang paling mendekati dan
paling akurat. Selain ketelitian, seorang praktikan juga harus mempunyai sifat
bersih dan rapi. Karena kebersihan merupakan salah satu factor yang sangat
penting di dalam suatu penelitian. Praktikan yang ceroboh dan tidak
memperhatikan kebersihan peralatan yang dia gunakan kemungkinan besar akan
mendapatkan kesalahan pada penelitiannya. Ini dikarenakan kotoran/ sisa larutan
yang lain dapat berkontaminasi dengan larutan baru yang hendak kita teliti
sehingga menyebabkan ketidakakuratan data. Kerapian juga menjadi syarat didalam
melakukan praktikum, seperti memperhatikan kebersihan meja praktikum, perawatan
peralatan dan kedisplinan praktikan. (Imamkhasani, 2000).
1.2. Tujuan Dan Manfaat
Tujuan dari
praktikum ini yaitu untuk adalah untuk mengetahui nama-nama, fungsi serta
menggunakan alat-alat yang digunakan dalam laboratorium khususnya pada
praktikum mikrobiologi umum.
Manfaat
dari praktikum ini yaitu mahasiswa/praktikan akan dapat mengetahui alat-alat
yang akan digunakan dalam praktikum beserta fungsinya masing-masing.
II. METODE
PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu, tanggal 20 November 2013. Pukul 13.00-15.00 WITA. Bertempat
di Laboratorium Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Halu Oleo, Kendari.
2.2 Alat dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan pada peraktikum ini adalah autoklaf, oven, cawan
petri, tabung reaksi, lampu bunchen, hot plate, labu erlenmeyer, kaca obyek
biasa, kaca penutup, mikroskop cahaya, pipet tetes, pipet ukur, pinset, timbangan
analitik, batang pengaduk, gelas ukur, inkubator, dan laminar air flow.
2.3 Prosedur Kerja
1. Menyiapkan
alat dan bahan praktikum mikrobiologi.
2. Mengamati
bagian-bagian dari alat-alat tersebut dan mengetahui fungsi masing-masing alat.
3. Menggambar semua alat-alat
tersebut dan menuliskan bagian-bagiannya beserta fungsinya.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
pengamatan
Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini dapat di lihat
pada table 1 berikut:
Tabel 1. Hasil pengamatan pada praktikum
pengenalan alat-alat laboratorium.
No
|
Nama alat
|
Gambar alat
|
Kegunaan
|
|||
1
|
Mikroskop
cahaya
|
Untuk melihat benda-benda kecil/
mikroskopis.
|
||||
2
|
Inkubator
|
Untuk menumbuhkan media/bakteri
|
||||
3
|
Cawan
petri
|
Untuk membiakan (kultivasi)
mikroorganisme pada medium yang dituangkan diatas cawan ini.
|
||||
4
|
Hot Plate
|
Untuk
memanaskan
|
||||
5
|
Tabung reaksi
|
|
Untuk
uji-uji biokimiawi dan untuk menumbuhkan mikroba.
|
|||
6
|
Batang pengaduk
|
Untuk
mengaduk larutan.
|
||||
7
|
Oven
|
Untuk
memanaskan media
|
||||
8
|
Pipet tetes
|
Untuk
memindahkan atau mengambil larutan dengan volume yang tidak diketahui.
|
||||
9
|
Laminar flow
|
Untuk
mensterilkan media/bahan penumbuh bakteri
|
||||
10
|
Lampu bunchen (pembakar spirtus)
|
Untuk
menciptakan kondisi yang steril dengan membakar kontaminan yangberada pada
udara.
|
||||
11
|
Gelas ukur
|
Untuk
mengukur volume suatu cairan, hamipir sama dengan labu Erlenmeyer memiliki
skala volume.
|
||||
12
|
Timbangan analitik
|
Untuk
menimbang media/bahan yang akan diamati
|
||||
13
|
Pinset
|
Untuk
mengambil benda dengan menjepit. Misalnya memindahkan cakram antibiotik.
|
||||
14
|
Autoklafe
|
Untuk
mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan
uap air panas bertekanan
|
||||
15
|
Labu Erlenmeyer
|
Untuk
mereaksikan larutan
|
||||
16
|
Colony Counter
|
alat
untuk menghitung jumlah koloni bakteri atau mikroorganisme
|
||||
3.2 Pembahasan
Praktikum yang berjudul “Pengenalan
Alat” ini membahas mengenai alat-alat yang akan dipergunakan pada praktikum
Mikrobiologi Umum. Pada praktikum pertama ini, kami dikenalkan pada beberapa
peralatan yang nantinya akan digunakan di praktikum mikrobiologi, diantaranya
yaitu autoclave, TIP, triangle, erlenmeyer, tabung reaksi, pipet tetes, pipet
mikro, oven, incubator dan lainnya. Setiap alat tentu saja memiliki fungsi dan
cara kerja yang berbeda. Oleh karena itu pengenalan sebelum melakukan praktikum
sangatlah penting. Alat-alat ini juga dapat kita temukan pada Laboratorium
lain, namun alat yang sama bisa saja mempunyai fungsi yang berbeda di
laboratorium yang beda, contohnya tabung reaksi. Pada laboratorium kimia,
tabung reksi digunakan sebagai tempat untuk mereaksikan zat-zat dalam jumlah
kecil sementara di laboratorium mikrobiologi tabung reaksi digunakan untuk uji
biokimiawi dan menumbuhkan mikroba. Tabung reaksi dapat ditutup dengan
menggunakan kapas, tutup metal, plastic ataupun aluminium foil. Tujuannya
adalah untuk menghindari kontaminasi dari udara luar (Sudarmadji,2005).
Mikroskop dapat dikatakan sebagai
alat penting di laboratorium ini, dikarenakan yang akan diteliti adalah
mahluk-mahluk yang berukuran mikro (sangat kecil). Mikroskop pertama dibuat oleh Antonio Van Leeuwenhoek, mikroskop ini
awalnya masih sangat sederhana namun pada saat sekarang mikroskop jauh lebih
modern dan sudah mempunyai tingkat ketelitian dan akurasi yang tinggi.
Mikroskop ini tersusun atas beberapa bagian, diantaranya :
1. Lensa okuler, lensa yang berfungsi untuk
memebentuk bayangan maya, tegak dan diperbesar
2. Lensa objektif, untuk membentuk bayangan
nyata
3. Makrometer
(pemutar kasar), berfunngsi untuk menaikan dan menurunkan mikroskop secara
cepat
4. Mikrometer (pemutar halus), berfungsi menaik
turunkan mikroskop secara lambat
5. Revolver, untuk mengatur perbesaran
lensa objektif dengan cara memutarnya
6. Diafragma, mengatur banyak
sedikitnya cahaya yang masuk
7. Meja mikroskop, tempat objek yang akan
diamati
8. Penjepit kaca, untuk menjepit kaca
yang terbuat dari plastic
9. Lengan mikroskop, sebagai pegagang
pada mikroskop
10. Sendi inklinasi (pengatur sudut), untuk mengatur sudut atau
penatur tegaknya mikroskop
11. Tabung mikroskop, berfungsi untuk menghubungkan antara lensa
lensa objektif dan lensa okuler
12. Pemutar,
a. Pemutar kasar, berfungsi untuk
menggerakkan tabung dengan penggeser berat dan mengatur jarak objek dengan
lensa sehingga diperoleh bayangan yang jelas
b. Pemutar halus, berfungsi untuk
mengatur tabung dengan penggesaran kecil, sehingga focus lebih tepat dan kita
amati nampak lebih jelas (Mored, 2005).
Tabung reaksi biasanya kita gunakan
untuk mereaksikan suatu zat, namun pada praktikum mikrobiologi tabung reaksi
digunakan untuk uji-uji biokimiawi dan menumbuhkan mikroba.Tabung
reaksi dapat diisi media padat maupun cair. Tutup tabung reaksi dapat berupa
kapas, tutup metal, tutup plastik atau aluminium foil. Media padat yang
dimasukkan ke tabung reaksi dapat diatur menjadi 2 bentuk menurut fungsinya,
yaitu media agar tegak (deep tube agar) dan agar miring (slants agar).
Cawan petri digunakan untuk tempat
penanaman mikroba namun disini menggunakan agar beku. Biasanya menggunakan
jarum ose. Cara menggunakannya dengan memebuka sedikit saja sedikit saja agar
tidak ada pencemaran. Bagian bawah pada cawan petri harus lebih kecil
dibandingkan bagian atas. Saat disterilisasi cawan harus dibungkus rapat dengan
kertas lalu dimasukkan kedalam plastic agar tidak terbentur dengan cawan petri
yang lain saat melakukan sterilisasi di autoclave. Cawan petri
tersedia dalam berbagai macam ukuran, diameter cawan yang biasa berdiameter 15
cm dapat menampung media sebanyak 15-20 ml, sedangkan cawan berdiameter 9 cm
kira-kira cukup diisi media sebanyak 10 ml (Imamkhasani, 2000).
Laminar air flow (LAF) digunakan
sebagai ruangan untuk bekerja secara steril. Alat ini berbentuk seperti meja,
prinsip kerjanya adalah pengaseptian suatu ruangan berdasarkan aliran udara
laminar secara horizontal dari dalam keluar sehingga kontaminasi udara dapat
diminimalkan. Sebelum menggunakan alat ini, sebaiknya tangan kita diberi
alcohol terlebih dahulu.
Bunsen digunakan
untuk sterilisasi alat inokulasi dengan pembakaran seperti sterilisasi jarum
inokulum atau spreader. Untuk memastikan kesterilannya jarum inokulum dibakar
sampai membara dan spreader dapat dicelupkan alkohol lalu dibakar. Bunsen
berbahan bakar gas yang disalurkan melalui pipa sedangkan pembakar spirtus
berbahan bakar spirtus (methanol). Namun pembakar spirtus lebih mudah ditemukan
di banyak laboratorium karena efisien dan portable. Tersedia juga alat loop
incinerator / electric bunsen burner / electric incinerator untuk membakar
jarum inokulum. Ujung jarum inokulum dapat dimasukkan ke dalam tabung keramik
panas (815oC) selama 6 detik untuk mensterilisasinya. Pembakar
spirtus dapat menciptakan sirkulasi udara dari bawah ke atas melewati api
karena proses pembakaran. Seringkali hal ini dianggap mampu menciptakan
lingkungan udara yang aseptis disekitar pembakar spirtus, tetapi jika memang
load kontaminasi besar dan banyak gangguan aliran udara maka hal ini juga tidak
sepenuhnya benar. Oleh karena itu sebaiknya tetap menggunakan LAF jika
menginginkan kerja pada udara yang steril. Colony counter adalah alat
untuk menghitung jumlah koloni bakteri atau mikroorganisme. Bakteri yang
dihitung disini adalah bakteri yang masih hidup. Dimana cara pengerjaannya
adalah dengan melakukan pengeceran dari medium bakteri misalnya sampai 3 kali
dalam tabung reaksi (Sudarmadji, 2005).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Alat-alat yang digunakan di
laboratorium mempunyai fungsi dan cara penggunaan yang berbeda, jadi diperlukan
pengetahuan pengenalan alat untuk dapat bekerja dengan baik di laboratorium.
2. Kebersihan dan ketelitian seorang
praktikan mempengaruhi hasil yang akan dia
peroleh.
3. Cawan petri berfungsi untuk membiakkan
(kultivasi) mikroorganisme. Medium dapat dituang ke cawan bagian bawah dan
cawan bagian atas sebagai penutup.
4. Tabung reaksi digunakan untuk penanaman
mikroba
5. Jarum ose digunakan untuk memindahkan
mikroba
6. Triangle digunakan untuk meratakan
mikrobia di media agar (teknik agar sebar)
7. Pipet mikro dan tip biasanya digunakan
untuk mengambil larutan cair dalam jumlah sedikit
8. Erlenmeyer terbuat dari
kaca yang digunakan sebagai tempat pencampuran atau melarutkan medium.
4.2 Saran
Saran saya
sebagai praktikan yaitu diharapkan kepada reka-rekan praktikan yang lain agar
membawa semua alat ataupun bahan yang disuruhkan oleh asisten agar praktikan
dapat mengikuti praktikum dengan baik, tanpa dipulangkan.
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Mikrobiologi adalah suatu cabang
ilmu biologi yang mempelajari tentang mikroorganisme dan interaksi mereka
dengan organisme lain dan lingkungannya (Singleton.2006).
Sejarah tentang mikroba dimulai
dengan ditemukannya mikroskop oleh Leeuwenhoek (1633-1723). Mikroskop temuan
tersebut masih sangat sederhana, dilengkapi satu lensa dengan jarak fokus yang
sangat pendek, tetapi dapat menghasilkan bayangan jelas yang perbesarannya
antara 50-300 kali (Skou, dan Sogaard Jensen. 2007).
Istilah bakteri berasal dari kata
bakterion (bahasa yunani) yang berarti tongkat atau batang. Morfilogi bakteri terbagi atas 3 macam yaitu, pertama
bentuk basil atau basillus, basil berbentuk seperti tongkat pendek agak
silindris bentuk basil hampir meliputi seluruh bakteri, bentuk coccus (bulat).
Kedua bentuk coccus adalah bentuk bakteri seperti bola-bola kecil, pada
golongan ini tidak sebanyak pada golongan berbentuk basil. Ketiga adalah
bentuk spiril (spiral), bentuk spiril adalah bentuk bakteri yang
berbentuk seperti spiral atau panjang berbengkok-bengkok (Adam 1992).
Pada saat sekarang ini, dengan
berkembangnnya ilmu pengetahuan, maka semakin tinggi pula rasa ingin tahu
seseorang terhadap apa yang terdapat di alam sampai pada mikrooorganisme yang
tidak dapat dilihat jelas dengan mata tanpa menggunakan alat bantu yang
berukuran mikro. Dari hal inilah muncul ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
mikroorganisme tersebut yang disebut dengan mikrobiologi. Para peniliti mulai
mencari tahu akan apa yang terkandung pada mikroorganisme tersebut.
Dalam bidang penelitian
mikroorganisme ini, tentunya menggunakan teknik atau cara-cara khusus untuk
mempelajarinya dan bekerja pada skala laboratorium untuk meneliti
mikroorganisme ini baik sifat dan karakteristiknya, tentu diperlukan pula
tentang bagamana caranya menumbuhkan suatu mikroba ke dalam suatu media, karena
kita tahu bahwa beragamnya persyaratan tumbuh mikroba, maka harus dimengerti
jenis-jenis nutrient yang disyaratkan oleh mikroba dan juga macam lingkungan
fisik yang menyediakan kondisi yang optimum bagi pertumbuhannya. Mikroba amat
beragam, baik dalam persyaratan nutrient maupun fisiknya. Jadi, media yang
digunakan harus mengandung komponen-komponen yang dibutuhkan oleh mikroba
tersebut.
Untuk mengenal lebih jauh tentang
penyiapan medium untuk suatu mikroba, maka diadakanlah praktikum ini, dimana
dalam prakitukum ini praktikan diwajibkan mampu mengetahui cara-caranya mulai
dari awal sampai akhir melalui bimbingan dari kakak asisten.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami cara membuat
medium NA (Nutrient Agar).
2. Mengetahui dan memahami fungsi, cara
pengunaan, cara mensterilkan dan prinsip kerja dari alat-alat yang digunakan
dalam laboratorium mikrobiologi.
3. Mengetahui cara-cara menghitung
jumlah koloni yang ditumbuhkan dalam media Nutrien Agar.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis medium
yang tepat untuk pertumbuhan mikroba serta komposisinya masing-masing.
Manfaat dalam praktikum ini adalah
sebagai barikut :
Dengan melakukan praktikum ini, maka
praktikan dapat mengenal lebih jauh tentang cara-cara penyiapan medium untuk mikroba
serta mampu mengetahui jenis-jenis nutrient yang dibutuhkan oleh mikroba dan
juga mampu menghitung jumlah koloni yang ditumbuhkan dalam media pertumbuhan.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Mikrobiologi
Mikrobiologi adalah
sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari mikroorganisme atau jasad
renik. Objek kajiannya adalah semua makhluk (hidup) yang tidak dapat dilihat
jelas dengan mata tanpa menggunakan alat bantu seperti mikroskop, khususnya
bakteri, fungi, alga mikroskopik, protozoa, dan Archaea. Virus sering juga
dimasukkan walaupun sebenarnya tidak sepenuhnya dapat dianggap sebagai makhluk
hidup. (Fardiaz, 1992).
Mikrobiologi dimulai
sejak ditemukannya mikroskop dan menjadi bidang yang sangat penting dalam
biologi setelah Louis Pasteur dapat menjelaskan proses fermentasi anggur dan
membuat serum rabies. Perkembangan biologi yang pesat pada abad ke-19 terutama
dialami pada bidang ini dan memberikan landasan bagi terbukanya bidang penting
lain seperti biokimia. (Pelozar.
1996)
Penerapan mikrobiologi
pada masa kini masuk dalam berbagai bidang dan tidak dapat dipisahkan dari
cabang lain karena diperlukan juga dalam bidang farmasi, kedokteran, pertanian,
ilmu gizi, teknik kimia, bahkan hingga astrobiologi dan arkeologi.
Mikroorganisme sebagai mahluk hidup sama dengan organisme
hidup lainnya sangat memerlukan energi dan bahan-bahan untuk membangun
tumbuhannya, seperti dalam sintesa protoplasma dan bagian-bagian sel yang
lainnya. Bahan-bahan tersebut disebut nutrien. Untuk memanfaatkan bahan-bahan
tersebut, maka sel memerlukan suatu kegiatan-kegiatan, sehingga menyebabkan
perubahan kimia di dalam selnya. Semua reaksi yang terarah yang berlangsung di
dalam sel ini disebut metabolisme. Metabolisme yang melibatkan berbagai macam
reaksi di dalam sel tersebut, hanya dapat berlangsung atas bantuan dari suatu
senyawa organik yang disebut katalisator organik atau biasa disebut
biokatalisator yang dinamakan enzim. Untuk dapat memahami tentang nutrisi dan
metabolisme ini, pengetahuan dasar biokomia sangat dibutuhkan (Natsir Djide dan
Sartini. 2006).
2.2 Medium
Medium adalah substansi yang terdiri
atas campuran zat-zat makanan (nutrien) yang dipergunakan untuk pemeliharaan
dan pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme juga merupakan mahluk hidup,
untuk memeliharanya dibutuhkan medium yang harus mengandung semua zat yang
diperlukan untuk pertumbuhannya, yaitu antara lain senyawa-senyawa organik
(protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin). Medium digunakan untuk
melihat gerakan dari suatu gerakan mikroorganisme apakah bersifat motil atau
non motil, medium ini ditambahkan bahan pemadat 50% (Ratna
Hadietomo, 1990).
Suatu medium yang mengandung
substansi kompleks seperti ekstrak daging, trifton, darah dan juga dapat
disebut medium buatan atau medium kompleks. Sebagai lawannya kita aduk medium
yang masing-masing medium yang ditentukan. Medium sintetik mungkin sangat rumit
atau atau sangat berbeda sesuai dengan mikroorganisme tertentu yang hendak
ditumbuhkan untuk sebagian besar medium sintetik hanya digunakan untuk
pertumbuhan mikroorganisme dilaboratorium penelitian. Banyak medium saringan
lain yang serupa dengan kaldu yang mengandung makanan (Pelozar, 1996).
Mikroorganisme
dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat dan dapat pula yang hanya
menggunakan bahan-bahan dalam bentuk cairan atau larutan. Mikroorganisme yang
menggunakan makanannya dalam bentuk padat tergolong tipe holozoik.
Mikroorganisme yang dapat menggunakan makanannya dalam bentuk cairan atau
larutan disebut holofitik. Ada beberapa mikroorganisme yang dapat menggunakan
makanannya dalam bentuk padatan, tetapi makanan tersebut sebelumnya harus
dicerna, di luar sel dengan bantuan enzim ekstraseluler (Iptek, 2009).
Peran utama
nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor
elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh
karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air€, sumber
energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor
pertumbuhan, dan nitrogen. “Selain itu, secara umum nutrient dalam media
pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis biologik
oranisme baru” (Arfiandi.
2009).
Tiap sel harus
mensintesis sendiri konstituen tubuhnya dari zat-zat sederhana yang ditemukan
dalam lingkungannya. Kebanyakan dari zat-zat ini berupa makanan dalam bentuk
suspensi atau larutan yang ditemukan dalam air laut, sungai, danau, air
selokan, atau bahan-bahan organik lain yang mengalami penguraian, dan
sebagainya. Sifat kimia dan fisika dari habitat ini menentukan jenis
organisme yang dapat tumbuh atau hidup di lingkungan itu (Widya. 2009).
2.3 Sterilisasi
Sterilisasi merupakan suatu proses
untuk membunuh mikroorganisme sampai ke spora-sporanya, yang terdapat di dalam
alat atau bahan makanan. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan alat atau
bahan sampai temperatur 1210C, selama watu 15 menit.
Salah satu contoh alat untuk
melakukan sterilisasi adalah Autoklaf. Pada alatAutoklaf ini, bahan
makanan dipanaskan sampai temperatur 121-1340C. makanan diproses
selama 15 menit, untuk temperatur 1210C, atau pada temperatur 1340C
selama 3 menit. Setelah pemanasan ini, dilakukan pendinginan secara perlahan
untuk menghindariover-boiling ketika tekanan diberikan pada alat
atau bahan.
Untuk memastikan bahwa
proses Autoklaf ini berfungsi untuk mensterilisasi,
kebanyakan Autoklaf memiliki meteran dan chart yang menampilan
informasi berupa temperatur dan tekanan sebagai fungsi dari waktu. Warna pada
meteran ataupun chart tersebut akan berubah, jika alat atau bahan berada pada
kondisi yang diinginkan. Selain itu, bioindicator, juga dapat
digunakan sebagai indicator untuk menunjukkan performansi Autoklaf. Bioindicator ini
harus diletakkan pada daerah yang sulit dijangkau oleh steam, untuk memastikan bahwa
walaupun daerah tersebut sulit dijangkau, namun steam tetap terdapat proses
penetrasi.
Dampak Sterilisasi Pada daging,
terjadi Maillard browning dan karamelisasi yang mempengaruhi
warna dari daging, ketika daging melalui proses sterilisasi. Pada sterilisasi
susu dengan cara UHT (Ultra High Temperatur), terdapat peningkatan
keputihan warna dari susu itu sendiri.
Sterilisasi juga mempengaruhi aroma
dan rasa dari makanan. Contohnya, pada sterlisasi makanan kaleng terjadi
perubahan rasa yang kompleks, yaitu terjadi proses pirolisis, deaminasi, dan
dekarboksilasi asam amino. Interaksi ini dapat menghasilkan lebih dari 600
komponen. Pada sterilisasi dengan cara UHT, perubahan aroma dan rasa yang
terjadi lebih sedikit. Tekstur dari makanan juga mengalami perubahan setelah
melwati proses sterilisasi. Contohnya, tekstur dari padatan buah dan sayur akan
menjadi lebih lunak daripada buah dan sayur yang tidak disterilisasi.
Nutrient value dari makanan juga mengalami
penurunan. Stabilitas inhibitor tripsin pada kacang kedelai juga menurun
setelah mengalami proses sterilisasi. Thiamin dan pyridoxine juga mengalami
degradasi. Namun pada proses sterilisasi ini tidak meningkatkan ataupun
menurunkan kandungan vitamin.
Sterilisasi juga dapat dilakukan
dengan cara memasukan alat ke dalam open, kemudian dipanaskan pada suhu
170-180˚C selama 2 jam. Dalam kondisi demikian, semua bakteri, mikroorganisme
lainya, dan spora mikroorganisme akan mati. Atau sterilisasi juga dapat
dilakukan dengan cara memasukan alat atau bahan ke dalam uap panas (ditanak),
alat-alat yang akan disterilkan harus terbungkus rapat, selanjutnya alat-alat
tersebut dimasukan ke dalam dandang (pemeram air) selama 30 menit pada suhu
100˚C. Hanya saja, pemanasan ini belum mematikan spora bakteri sehingga
alat-alat atau bahan yang disterilkan dengan cara pemanasan uap (ditanak) dalam
dandang kurang steril.
2.4 Menentukan
jumlah Mikroba
Jumlah mikroba suatu bahan dapat
ditentukan dengan bermacam-macam cara, tergantung pada bahan dan jenis mikroba
yang ditumbuhkan atau dikembang biakan. Dalam analisa mikrobiologi,
menghitung jasad renik mikroorganisme suatu sediaan, harus diperhitungkan
sifat-sifat dari bahan yang akan diperiksa, terutama: kelarutan, kemungkinan
adanya zat anti mikroba, dan derajat kontaminasi yang diperkirakan.
Penyebaran mikroorganisme yang
tumbuh pada bahan hasil pertanian pada hasil olahnya pada umumya terdiri dari
bakteri, jamur/kapang, virus dan disamping itu terdapat juga binatang satu sel.
Pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme dalam bahan (makanan), akan
menyebabkan perubahan-perubahan tertentu yaitu : perubahan yang bersifat fisik
dan dan kimiawi, sebagai contoh yaitu: konsistensi bahan menjadi lunak, timbul
gas atau aroma tertentu dan zat racun yang membahayakan. Jumlah penyebaran
bakteri/mikroorganisme pada bahan (makanan) yang sedang mengalami pembusukan
sangat bervariasi jumlahnya dan tidak sama jenis spesies-nya serta tergantung
pada: varietas, habitat, susunan kimia, cara penanganan, suhu penyimpanan, dan
lain-lain.
Pertumbuhan mikroorganisme yang
membentuk koloni dapat dianggap bahwa setiap koloni yang tumbuh berasal dari
satu sel, maka dengan menghitung jumlah koloni dapat diketahui penyebaran
bakteri yang ada pada bahan. Jumlah mikroba pada suatu bahan dapat dihitung
dengan dua macam cara yaitu :
1. Perhitungan
Cara ini digunakan untuk menentukan
jumlah mikroba, dengan cara menghitung Secara keseluruhan, baik yang mati atau
yang hidup.
2. Penghitungan
Jumlah Mikroba Secara Tidak Langsung
Cara ini dipakai untuk menentukan
jumlah mikroba secara keseluruhan baik yang hidup maupun yang mati atau hanya
untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja tergantung cara yang digunakan.
Pada praktikum ini digunakan
perhitungan jumlah mikroba secara tidak langsung yaitu dengan cara metode
hitungan cawan yang dibedakan atas dua cara sebagai brikut :
1) Metode tuang (pour plate)
Dalam melakukan
metode tuang hal-hal yang harus diperhatikan adalah pengenceran sampel dan
memasukkan hasil pengenceran tersebut. Pada pembuatan pengenceran, diambil 1 ml
larutan uji dan dimasukkan dalam cawan petri kemudian dimasukkan ke media cair
steril sebanyak 10 ml (sebaiknya selama penuangan tutup cawan jangan dibuka
terlalu lebar untuk menghindari kontaminasi). Cawan petri digerakkan di atas
meja dengan gerakan melingkar seperti angka delapan, gunanya untuk menyebarkan
sel mikroba secara merata. Setelah agar memadat, cawan diinkubasikan dalam
enkas dengan posisi terbalik selama 48 jam.
2) Metode permukaan (surface/Spread Plate)
Cara melakukan metode permukaan
yaitu media cair steril dituang terlebih dahulu ke dalam cawan petri, setelah
membeku dituang 0,1 ml sediaan yang telah diencerkan, lalu diratakan dengan
alat pengusap di atas permukaan media, kemudian diinkubasi dalam enkas selama
48 jam.
II.
METODE
PRAKTIKUM
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu, tanggal 27
November 2013. Pukul 14.00-18.30 WITA. Bertempat di Laboratorium Perikanan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo, Kendari.
3.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum dapat dilihat
pada table 2 berikut :
Tabel 2.
Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan pembuatan media yaitu sebagai berikut :
A. Alat
1. Timbangan Analitik gram
Untuk Menimbang bahan
2.
Gelas Ukur ml Untuk
mengukur aquades
3. Gelas
Piala ml
Untuk pembuatan larutan
4. Batang
Pengaduk - Untuk
mengaduk larutan
5. Tabung
Reaksi - Untuk tempat larutan
6. Cawan Petri
- Untuk tempat larutan
B. Bahan
1. Media
Na gram
Bahan Percobaan
2. Aquades ml Untuk Membersihkan
3.
Kapas - Menyumbat lubang tabung
reaksi
3.3 Prosedur
Kerja
Prosedur
kerja yang dilakukan pada partikum kali ini adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan media dari ekstrak media yang
telah jadi (Media NA)
- Mengukur
air suling sebanyak 110 ml dengan menggunakan gelas ukur, kemudian tuang
kedalam gelas piala yang berukuran 250 ml.
- Menimbang
media Na seberat 2,5 g dan dimasukkan
kedalam air suling pada gelas piala.
-
Memanaskan sampai mendidi sambil diaduk terus-menerus.
-
Memasukkan kedalam tabung reaksi dan menyumbatnya dengan kapas.
-
Mensterilkan pada auto clave.
-
Membuat media tegak, media miring, dan media cawan secara aseptic.
- Memasang etiket pada bagian dasar cawan
dan pada bagian atas tabung reaksi.
IV. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengamatan
Gambar 1. Media Tegak Gambar
2. Media Miring
Gambar 3. Media Cawan
4.2 Pembahasan
Nutrien Agar (NA) merupakan salah
satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji produk
pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri,
dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni.
Pada medium Nutrient Agar (NA) dari
warna keruh menjadi warna kuning kecoklatan, hal ini disebabkan karena mikroba
yang ada didalam media tersebut telah tumbuh sehingga menyebabkan pembusukan
pada medium tersebut atau mikroba tersebut telah mengurai zat-zat yang ada
dalam media tersebut.
Macam-macam media
pertumbuhan berdasarkan sifat fisik yaitu medium padat, medium setengah
padat dan cair. Media padat yaitu media yang mengandung agar 15 % sehingga
setengah dingin media menjadi pada. Medium setengah padat adalah media yang
mengandung agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak
begitu cair. Medium cair adalah media yang tidak mengandung agar, contohnya
adalah Nutrient Broth dan Lactose Broth. Digunakan sterilisasi kering
menggunakan oven untuk mensterilisasi alat seperti tabung reaksi, labu
erlenmeyer, dan cawan petri. Dan sterilisasi basah menggunakan autoclaf untuk
sterilisasi bahan yang sudah ada isinya. Pada pembuatan media taoge agar
digunakan agar media dari taoge cair yang dibuat menjadi padat.
Media yang digunakan untuk
keperluan mikrobiologi harus dalam keadaan steril, artinya di dalam bahan
tersebut tidak didapatkan pertumbuhan mikroba yang tidak diharapkan baik di
dalam bentuk spora atu bentuk lainnya. Keadaan ini mempunyai maksud dan tujuan
agar jika bahan tersebut dipergunakan, maka hanya mikroba yang dimaksud yang
akan tumbuh berkembang. Tujuan kedua ialah untuk meminimalkan kemungkinan besar
pertumbuhan mikroba yang lain, yang akan menghambat atau mematikan mikroba yang
kita tumbuhkan. Susunan media pada mikroba harus memiliki kandungan air,
nitrogen, sumber energi atau unsur C, dan faktor pertumbuhan, agar bakteri
dapat tumbuh dengan baik.
Berdasarkan hasil
pengamatan dalam pembuatan media NA pada saat ekstrak yang merupakan campuran
antara agar sebagai bahan utama dan peptone sebagai pelengkap dituang kedalam
air suling, sebelum diaduk pada dasar labu erlenmeyer terdapat tumpukan ekstrak
ini yang belum tercampur dengan air, tetapi gelembung-gelembung gas keluar dari
ekstrak. Ini membuktikan bahwa daya larutannya dalam air sangat kecil.
Untuk
mempercepat proses pelarutan maka dilakukan pengadukan hingga menyebabkan
perubahan warna dari ekstrak, yakni dari kuning tua sebelum pengadukan menjadi
kuning setelah pengadukan. Selanjutnya diadakan pemanasan dengan menggunakan
pemanasan air dengan suhu 100oC. setelah pemanasan selesai, mulut
labu erlenmeyer disumbat dengan menggunakan kapas lalu dilapisi dengan
aluminium file untuk mencegah terjadinya kontaminasi.
V. KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1 Kesimpulan
1
Pembuatan media adalah suatu bahan yang
digunakan untuk menumbuhkan mikroba baik diatas maupun didalamnya.
2. Berdasarkan
dari fungsi pembuatan media, media dibedakan atas media dasar, media penyubur,
dan media diferensial.
3. Medium Nutrien Agar (NA) konsistensinya berbentuk padat dan
berwarna kuning kecoklatan yang berfungsi untuk pertumbuhan mikroba dari telur.
5.2 Saran
Saran
yang dapat saya sampaikan dalam praktikum ini agar praktikan membawa semua alat
ataupun bahan yang disuruhkan oleh asisten terutama membawa alcohol dan kapas,
agar praktikan dapat mengikuti praktikum dengan baik.
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada umumnya
mikroba yang hidup di alam terdapat dalam bentuk populasi campuran. Sangat
jarang mikroba di alam dijumpai sebagai spesies yang tunggal. Dengan demikian,
agar mikroba tersebut dapat diidentifikasikan, sehingga mudah dipelajari
sifat pertumbuhan, morfologis, dan fisiologis masing-masing mikroba maka
langkah pertama yang harus dilakukan yaitu spesies tersebut dipisahkan dari
organisme lain yang umum dijumpai dalam habitatnya, kemudian ditumbuhkan
menjadi biakan murni yaitu suatu biakan yang terdiri dari sel-sel dari satu
spesies.
Mikroorganisme tersebar luas di
dalam lingkungan baik di tanah, air,maupun udara. Keberadaan mikroorganisme
baru dapat kita rasakan melewatimakanan yang kita konsumsi dan sebagai
akibatnya produk pangan jarang sekali yang steril dan umumnya tercemar oleh
berbagai mikroorganisme. Bahan panganselain merupakan sumber gizi bagi manusia,
juga sebagai sumber makanan bagi perkembangan mikroorganisme. Pertumbuhan atau
perkembangan mikroorganisme dalam makanan sangat erat hubungannya dengan
kehidupan manusia.
Mikroorganisme merupakan mahluk
hidup yang sangat banyak, baik ditanah, air maupun udara. Untuk itu perlunya
isolasi maupun permurnian untuk mendapatkan mikroorganisme tersebut.
Populasi yang besar dan kompleks dengan berbagai mikroba terdapat dalam tubu
manusia termasuk dimulut, saluran pencernaan dan kulit. Isolasi
adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari
lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni.
Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobianya berasal dari pembelahan
dari satu seltunggal. Kultur murni atau biakan murni diperlukan karena semua
metode mikrobiologis yang digunakan untuk menelaah dan mengidentifikasi
mikroorganisme, termasuk penelaahan ciri-ciri kultural, morfologis,
fisiologis,maupun serologis, memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu
macam mikroorganisme saja.
Adapun yang melatar belakangi sehingga
peraktikum ini dilaksanakan adalah untuk mengetahui dan menguasai teknik isolasi mikroba dari
wadah yang satu ke wadah yang lain sehingga hanya biakan murni yang dapat
tumbuh.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui
dan memahami teknik pengisolasian mikroba.
2. Untuk mengetahui
teknik pemindahan biakan mikroba dari wadah satu ke wadah yang lain sehingga
tidak bercampur dengan bakteri lain.
Adapun
manfaat dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
Agar mahasiswa dapat
melakukan kultur dan isolasi pada berbagai jenis mikroba yang diamati.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Prinsip dari
isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba
lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat
dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan
membentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya (Nur, I. dan
Asnani, 2007).
Dikenal
beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatubiakan
campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan gores
dan metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud
untuk memperoleh spesies individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat
terpisah dari satu jenis sel yang dapat diamati (Afrianto,
2004).
Biakan murni
diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain digunakan dalam
mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural morfologi,
fisiologi dan serologi dibutuhkan mikroba yang berasal dari satu
spesies (Dwidjoseputro, 2005).
Menurut
Hadioetomo (1993), ada dua metode yang dilakukan untuk memperoleh biakan murni
yaitu :
1. Metode cawan gores
Metode ini
mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu. Metode cawan gores
yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya
mikroorganisme yang diinginkan.
2. Metode cawan tuang
Cara lain
untuk memperoleh koloni murni dari populasi
campuran mikroorganisme adalah dengan mengencerkan spesimen dalam
medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan ( ±50 oC ) yang kemudian
dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba di dalam spesimen pada
umunya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa
tahap sehingga sekurang-kurangnya satu di antara cawan tersebut mengandung
koloni terpisah di atas permukaan ataupun di dalam agar. Metode ini
memboroskan bahan dan waktu namun tidak memerlukan keterampilan yang tinggi.
Metode cawan
gores memiliki dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu. Namun untuk
memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang biasanya
diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik
kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme seperti yang
diinginkan. Dua macam kesalahan yang umum sekali dilakukan oleh para mahasiswa
yang baru mulai mempelajari mikrobiologi ialah tidak memanfaatkan permukaan
medium dengan sebaik-baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme
menjadi kurang lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak
sehingga menyulitkan pemisahan sel-sel yang digoreskan (Ratna, 1990).
Menurut
Dwidjoseputro (1980), sifat-sifat koloni yang tumbuh pada agar-agar lempengan,
pada agar-agar miring dan pada tusukan gelatin adalah sebagai berikut :
1. Sifat-sifat
koloni pada agar-agar lempengan mengenai bentuk, permukaan dan tepi. Bentuk
koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat berbenang, tak teratur, serupa
akar, serum kumparan. Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar, timbul
melengkung, timbul mencembung, timbul membukit dan timbul berkawah. Tepi koloni
ada yang utuh, ada yang berombak, ada yang berbelah-belah, ada yang bergerigi,
ada yang berbenang-benang dan ada yang keriting.
2. Sifat-sifat
koloni pada agar-agar miring. Sifat ini berkisar pada bentuk dan tepi koloni dan
sifat itu dinyatakan dengan kata-kata seperti : serupa pedang, serupa duri,
serupa tasbih, serupa titik-titik, serupa batang dan serupa akar.
3. Sifat
koloni tusukan dalam gelatin. Ada bakteri yang dapat mengencerkan gelatin.
Karena itu, maka bentuk-bentuk koloninya juga berbeda-beda. Lagipula bentuk
koloni yang tidak dapat mengencerkan gelatin. Bila dilihat dari samping koloni
yang tidak mengencerkan gelatin dapat serupa pedang, tasbih, bertonjol-tonjol
dan berjonjot. Jika bakteri mampu mengencerkan gelatin, maka bentuk koloninya
dapat serupa kawah, serupa mangkuk, serupa corong, pundi-pundi dan berlapis.
Setelah
mikroba ditumbuhkan pada media agar tabung maupun cawan dan estelah inkubasi
akan terlihat pertumbuhan bakteri dengan berbagai macam bentuk, ukuran, sifat,
dan berbagai ciri khas yang lain. Ciri-ciri ini akan mengarahkan ke sifat-sifat
mikroba tersebut pada media pertumbuhan, sehingga pengamatan morfologi ini
sangat penting untuk diperhatikan (Ratna,1990).
Bakteri yang
memiliki flagella sering kali membentuk koloni yang menyebar terutama jika
menggunakan lempengan agar basah, untuk mencegah menyebarnya koloni maka harus
digunakan agar benar-benar kering (Djida, N., 2000).
III.
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 4 Desember 2013, pukul 14.00 WITA-selesai.
Bertempat di Laboratorium Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan,
Universitas Halu Oleo, Kendari.
3.2
Alat
dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan pada pratikum kultur mikroba dan teknik isolasi adalah
sebagai berikut :
A.
Alat
1. Lampu bunsen - Untuk
Membakar
2. Jarum oce - Untuk
menggores
3. Pipet volume ml Untuk
mengukur larutan
4.
Botol specimen - Untuk
menyimpan sampel
B.
Bahan
1.
Sampel air - Untuk
sampel mikroba
2.
Media agar - Untuk
media bakteri
3.3 Prosedur
Kerja
Prosedur
kerja yang dilakukan pada partikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.
Metode Pengambilan dan Penyimpanan Sampel Air dan Bahan Padat
a) Sampel
Cair
- Menyiapkan botol specimen.
- Memegang
bagian bawah botol kemudian menurunkan dengan cepat ke dalam air sampai
kedalaman 30 cm.
- Membuka
tutup botol dan tangan yang memegang tutup botol buat gerakan melenggang
sehingga air masuk ke dalam botol (permukaan air jangan menyentuh tutup botol
bagian bawah).
- Menutup
botol dengan rapat.
- Menyimpan
pada suhu 50C paling lama 24 jam.
b)
Bahan padat
- Mengukur
aquades dengan gelas ukur sebanyak 45 ml (untuk pengenceran 1 : 10).
- Menimbang
sampel sebanyak 5 gram.
- Mengahaluskan
dan masukkan kedalam aquades tersebut diatas.
- Mengaduk
sampai rata dan diamkan sampai mengendap.
2. Metode Pengenceran
- Menyiapkan
larutan pengencer 9 ml dalam tabung reaksi (pengenceran 1 : 10) sebanyak 7 buah
(tergantung jumlah pengenceran yang diinginkan, umumnya 3 – 7 x pengenceran).
- Menyiapkan
larutan pengencer 99 ml dalam erlenmeyer (pengenceran 1 : 100) sebanyak 7 buah.
- Memasukkan
masing-masing 1 ml sampel baik dari sampel air maupun padat kedalam tabung
reaksi dan Erlenmeyer (pengenceran ke-1).
- Memindahkan
masing-masing 1 ml dari pengenceran 1 ketabung reaksi dan erlemeyer
(Pengenceran ke-2).
- Melakukan
seterusnya samapi pengenceran terakhir.
3. Metode kultur dan isolasi
a. Metode cawan gores
- Menyiapkan
media dalam cawan Petri dan membiarkan sampai membeku.
- Mengambil
1 oce sampel yang telah dilakukan pengenceran.
- Melakukan
penggoresan dengan menggunakan jarum ose (cara goresan langsung. goresan
kuadran dan radian) pada media cawan.
- Memberi
etiket pada cawan (kelompok, cara penggoresan dan tanggal penanaman).
- Mengingkubasikan
pada temperatur 370C selama 1 – 2 x 24 jam.
- Mengamati
koloni yang terbentuk baik warna maupun bentuk strukturnya.
- Memindahkan
masing-masing koloni yang berbeda pada media cawan atau media agar miring.
- Pemindahan
tersebut di atas dilakukan sampai didapatkan mikroba yang murni.
b. Metode Cair.
- Menyiapkan
media cair (tanpa agar) dan suspensikan
1 ml atau 0,1 ml kedalamnya.
- Memberi
etiket pada tabung reaksi (kelompok cara penggoresan, dan tanggal penanaman).
- Inkubasi
pada temperatur 37oc selam 1-2 x 24 jam.
- Mengamati
perubahan warna yang terjadi dan pindahkan ke media padat dan cawan.
-
Memindahan di lakukan sampai
mendapatkan biakan murni.
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Gambar 4. Goresan
Langsung
Gambar 5. Goresan Radian
Gambar 6. Goresan Kuadran
4.2 Pembahasan
Percobaan
ini membahas tentang cara-cara atau teknik yang biasa digunakan dalam
mengisolasi mikroba dari habitat alaminya. Teknik isolasi mikroorganisme adalah
suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba di luar lingkungan alamiahnya. Pemisahan
mikroorganisme dari lingkungannya ini bertujuan untuk memperoleh biakan bakteri
yang sudah tidak bercampur lagi dengan bakteri lainnya atau yang disebut biakan
murni. Di kehidupan normalnya atau di habitat alamiahnya mikroba sulit
ditemukan dalam bentuk koloni sendiri. Mikroba ini pasti ditemukan dalam
bentuk koloni yang hidup bersama-sama dengan koloni mikroba yang lainnya. Oleh
karena itu, pengisolasian ini dilakukan.
Pengisolasian ini dilanjutkan dengan
pembuatan medium tempat mikroba ini nantinya akan tumbuh atau dengan kata lain
membuat habitus sintetisnya. Medium ini terlebih
dahulu disterilkan dengan cara melidah-apikan mulut botol tempat penyimpanan
medium agar tersebut. Begitupun dengan cawan petri itu
sendiri. Sebelum semua prosedur kerja dilakukan terlebih dahulu tangan harus disterilkan menggunakan
alcohol 70% yang disemprotkan ke seluruh permukaan tangan.
Dalam percobaan ini, kami menggunakan
jarum ose sebagai media untuk memindahkan mikroba tersebut dari habitus
alaminya. Jarum ose tersebut terlebih dahulu harus disterilkan dengan cara
membakarnya pada bunsen sampai jarumnya pijar. Lalu jarum ose
tersebut didiamkan selama ±2 menit, tujuan hal ini yaitu untuk
mendinginkan jarum ose-nya yang habis dipijarkan tadi agar ketika jarum ose itu
digoreskan ke dalam cawan petri yang berisi objek mikroba yang
akan diisolasi, tidak segera mematikan mikrobanya.
Praktikum
ini adalah mempelajari teknik isolasi mikroba dengan cara goresan. Teknik
goresannya dilakukan dalam cawan petri. Dengan menggunakan jarum ose yang
sebelumnya dipanaskan pada api bunsen lalu dicelupkan pada alkohol untuk
sterilisasi jarumnya. Goresan diberikan sangat tipis sekali pada permukaan atas
medium dalam cawan petri secara zig-zag,
Pada
percobaan ini mikroba yang digunakan hanya satu jenis yaitu bakteri dan
menggunakan medium NA.
Medium NA berfungsi untuk membiakan berbagai macam mikroorganisme serta
kultur bakteri. Pada praktikum ini kita mempelajari bagaimana melakukan teknik
inokulasi biakan mikroorganisme pada medium steril sehingga bisa mendefinisikan
bahwa teknik inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium lama
kemedium baru dengan tingkat ketelitian sangat tinggi dan dituntut untuk
bekerja secara aseptic yaitu bebas dari pengaruh kontaminan mikroorganisme yang
lain. Teknik aseptic dilakukan dengan penyediaan alat-alat kerja yang steril
dan bekerja didekat api Bunsen agar terhindar dari kontaminan udara.pada waktu
inokulasi jarum yang digunakan untuk meindahkan mikroba harus dipijarkan diatas
api segera sebelum dan sesudah melakukan pemindahan. Pemanasan ini
menghancurkan semua bentuk kehidupan yang ada pada permukaan jarum atau alat
pemindahan, setelah di inokulasi biakan bakteri disimpan dan diinkubasi dalam
lingkungan yang sesuai untuk petumbuhan.
Setelah diinkubasi diperoleh hasil pertumbuhan mikroba pada medium NA.
Hal ini dikarenakan mikroba yang diisolasi adalah jenis bakteri, dan bakteri
hanya dapat tumbuh pada medium NA. Jadi yang akan dibahas pada kali ini adalah
bagaimana pertumbuhan mikroba pada medium NA. Pada cawan petri pertama, jumlah
koloni yang tumbuh adalah sebanyak 8 koloni dan memiliki morfologi seperti
warna putih susu, tepi berlekuk, bentuk tak beraturan dan menyebar, permukaan
timbul, dan tekstur kusam. Pada cawan petri kedua, jumlah koloni yang ditemukan
adalah sebanyak 4 koloni dan berwarna kream, tepi berlekuk, bentuk tak
beraturan dan menyebar, permukaan timbul, dan tekstur kusam. Pada cawan petri
ketiga dan keempat, masing-masing ditemukan mikroba dengan jumlah 5 koloni dan
1 koloni, dan untuk morfologinya sama dengan pada cawan petri kedua. Untuk
cawan petri terakhir ditemukan mikroba sebanyak 6 koloni, dan memiliki
morfologi seperti warna kream, tepi tak beaturan, bentuk tak beraturan dan
menyebar, permukaan timbul dan tekstur kusam.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Teknik
isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk
menumbuhkan mikroba diluar dari lingkungan alamiahnya, untuk memperoleh
biakan murni. Biakan murni yaitu mikroba yang sudah tidak bercampur lagi dengan
mikroba lainnya.
2. Teknik yang digunakan untuk teknik
isolasi mikroba adalah teknik goresan, yaitu metode goresan radian, langsung
dan kuadran.
3. Medium yang digunakan untuk biakkan
murni adalah medium NA untuk biakkan bakteri.
5.2 Saran
Adapun saran saya pada praktikum ini
yaitu sebaiknya sebelum keluar ruangan laboratorium, praktikan agar meja-maja
yang telah digunakan diperhatikan kebersihannya sebelum meninggalkan ruangan
praktikum, agar terlihat rapid an bersih
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Mikroorganisme
yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas
begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan
kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri yang ada di suspensikan. Salah satu
cara unutk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah di identifikasi adalah
dengan cara metode pengenceran atau pewarnaan. Hal tersebut berfungsi untuk
mengetahuisifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri
melalui serangkaian pengecetan atau pewarnaan (Dwidjoseputro, 1998).
Melihat
dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri
itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Unutk mengatasi hal
tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri sehingga sel
dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel
bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi (Dwidjoseputro, 1998).
Berdasarkan
hal tersebut maka dilakukan praktikum kali ini unutk mengetahui teknik
pewarnaan mikroorganisme baik itu dengan cara pewarnaan sederhana, pengenceran
negative, maupun pengenceran gram serta mengetahui morfologi mikroorganisme
(Sutedjo, 1991).
1.2
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum
pengecatan mikroba ini adalah untuk melihat bentuk bakteri dan mempelajari cara
pewarnaan.
Manfaat daripada
praktikum yang telah dilakukan yaitu agar kita dapat melakukan cara pewarnaan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri
atau mikroba lainya dapat di lihat dengan mikroskop biasa tanpa yaitu dengan
cara-cara khusus, misalnya dengan cara tetesan bergantung,menggunakan kondensor
medan gelap dan lain-lain.Tetapi pengamatan dari pewarnaan ini lebih sukar dan
tidak di pakai untuk melihat bagian-bagian sel dengan teliti, karena sel
bakteri dan mikroba lainya transparan. Melihat dan mengamati bakteri dalam
keadaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga
transparan dan sangat kecil untuk mengatasi hal tersebut maka di kembangkan
suatu teknik pewarnaan bakteri ,sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah di
amati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu
cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi(Dwijoseputro,
2005).
Macam
–macam pewarnaan :
a) Pewarnaan
negatif
Pada pewarnaan ini merupakan pewarnaan
tidak langsung karena yang di warnai adalah latar belakangnya, sedangkan
bakerinya sendiri tidak mengalami pewarnaan. Zat
warna yang di gunakan adalah nigrosin.
b) Pewarnaan
sederhana
Pewarnaan sederhana adalah pewrnaan yang
menggunakan zat warna yang tunggal bertujuan untuk mengindentifikasi
morfologi sel bakteri. Pada pewarnaan ini zat warna yang kami gunakan adalah
gentiana violet.
c) Pewarnaan
gram
Pewarnaan gram atau metode gram adalah
salah satu teknik pewarnaan yang paling penting dan luas di gunakan untuk
mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah
terfiksasi di kenai larutan-larutan berikut zat pewaraan Kristal violet,
larutan yodium, larutan akohol(bahan pemucat) dan zat pewarnaan tandinganya
berupa zat warna safranin atau air fucshin. Metode ini di beri
nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans
Christian Gram (1853-1938) yang
mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus
dan bakteri Klebsiela, pneumonia. Bakteri
yang telah diwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu,
bakteri gram positf dan bakteri gram negatif. Bakteri garam positif akan
memprtahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna
ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan
zat pewarna Kristal violet setelah dicuci dengan alkohol
dan sewaktu diberi zat pewarna tandingnya yaitu dengan zat pewarn air fucshin
atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan warna ini di sebabkan oleh
perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya (Pelczar, 2007).
Bakteri gram positif
adalah bakeri yang mempertahankan zat warna metal ungu sewaktu proses pewarnaan
gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah
mikroskop sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah atau merah muda.
Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini terutama berdasarkan
pada perbedaan struktur dinding sel bakteri .Bakteri gram negatif adalah bakteri
yang tidak mempertahankan zat metal ungu pada metode pewarnaan gram. Bakteri
gram-positif akan mempertaahankan warna ungu gelap setelah di cuci dengan alkohol.
Sementara
bakteri gram-negatif tidak. Pada uji pewarnaan gram suatu pewarnaan penimbal
(conterstain)di tambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri
gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna
untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini perbedaan struktur dinding
selnya. Banyak spesies organisme inang, sifat pathogen ini umumnya
berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding sel gram-negatif terutama
lapisan lipopolisakarida (Pelczar, 2007).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
pewarnaan bakteri sebagai berikut:
1. Fiksasi
Fiksasi perlu dilakukan sebelum
pewarnaan bakteri karena berguna merekatkan sel bakteri pada gelas objek,
membunuh bakteri, melepaskan granula (butiran) protein menjadi gugusan reaktif
(NH3+) membuat sel-sel lebih kuat, mencegah terjadinya
otolisis sel, mengubah avinitas, fiksasi dapat dilakukan secara fisik atau
dengan bahan kimia.
2. Peluntur zat warna
Peluntur zat warna berguna untuk
menghasilkan kontras yang lebih baik pada bayangan mikroskop. Pada umumnya,
sel-sel yang mudah diwarnai akan lebih mudah pula dilunturkan warnanya.
Sedangkan sel-sel yang sukar diwarnai akan lebih sukar dilunturkan warnanya.
3. Substrata
Merupakan zat warna asam atau basa
dapat bereaksi dengan senyawa-senyawa tertentu. Oleh karena itu,
senyawa-senyawa organik seperti protein, karbohidrat, lemak dan asam nukleat
akan mempengaruhi pewarnaan. Berdasarkan jenis zat warna yang diserap oleh sel,
maka dapat dibedakan tiga macam sel yaitu: sel-sel asidofil, basodill dan
sudanofil.
4. Intensifikasi warna
Zat warna dapat diintensifikasikan
dengan cara menambahkan mordan, yaitu zat kimia yang dapat menyebabkan sel-sel
bakteri dapat diwarnai lebih intensif karena zat warna terikat lebih kuat
daripada jaringan sel. Mordan dibagi atas dua macam, yaitu mordan asam dan
mordan basa. Mordan asam adalah mordan yang bereaksi dengan zat-zat warna basa.
Sedangkan mordan basa adalah mordan yang bereaksi dengan anion zat warna asam.
5. Zat warna penutup atau zat warna lawan
Zat warna lawan adalah suatu zat
warna basa yang berbeda warnanya dengan zat warna mula-mula yang digunakan.
Gunanya adalah untuk memberikan warna pada sel-sel yang berbeda warnanya dengan
zat warna mula-mula. Zat warna penutup diberikan pada akhir pewarnaan dengan
tujuan untuk memberikan kontras pada sel-sel yang tidak menyerap zat warna
utama (Sutedjo, 1991).
III.
METODE PRAKTIKUM
3.1
Waktu
dan Tempat
Pratikum
ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 6 Desember 2013. Pukul 14.00 WITA-selesai.
Bertempat di gedung Laboratorium Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Univeritas, Halu Oleo, Kendari.
3.2
Alat
dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan pada pratikum dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
Tabel
4. Alat dan Bahan Percobaan Pengecatan Bakteri sebagai berikut :
No.
|
Alat dan Bahan
|
Kegunaan
|
1.
|
Alat
|
|
|
-
Mikroskop Cahaya
|
Untuk
mengamati objek
|
|
-
Jarum Ose
|
Untuk membuat
goresan
|
|
-
Lampu Bunsen
|
Untuk
mensteril mikroba
|
|
-
Kaca Objek
|
Untuk
mengamati objek
|
|
-
Kaca Preparat
|
Untuk menutup
kaca objek
|
2.
|
Bahan
|
|
|
-
Zat Warna
|
Untuk mewarnai
mikroba
|
|
-
Aquades
|
Untuk
membrsihkan kaca preparat
|
|
-
Biakan Murni
|
Untuk media
objekang diamati
|
3.3
Prosedur Kerja
Adapun
prosedur kerja pada pratikum pengecetan bakteri adalah sebagai berikut:
a) Pewarnaan
Sederhana
- Membuat
olesan bakteri pada kaca objek
-
Difiksasi
-
Memberi pewarnaan dan membiarkannya
selama 2 menit
-
Mencuci dengan air mengalir
-
Mengeringkan dengan angin
-
Mengamati dibwah mikroskop
-
Menggambar bentuk bakteri dengan warna
yang timbuk
b. Pewarnaan Gram
-
Membuat olesan bakteri pada kaca objek
dan Difiksasi
-
Memberi zat warna utama yaitu
oksalatkrostal ungu (barupa larutan) elama satu sampai dua menit, kemidaion di
cuci dengan air mengalir
-
Setelah dibilas dengan air lalu
dikerihkan dengan angin
-
Meneteskan kembali dengan larutan yodium
dalam KJ (Yodium Lugol) selama 1 sampai 2 menit lalu di cuci dengan air
mengalir dan dikering anginkan
-
Meneteskan larutan media masa aeton
edikit demi sedikit sehingga larutan yang mengalir tadi mudah berwarna
-
Meneteskan zat warna penutup yaitu
larutan safranin pewarna merah atau karbolfuhsin selama 2 sampai 3 menit lalu
dikeringkan anginkan
-
Amati di bawah mikroskop lalu menggambar
bentuk bakteri dan warnanya.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada Media Na
berikut :
Keterangan warna :
1. Biru
2. Putih
3. Hitam
Gambar 7.
Hasil Pewarnaan Media Na.
4.2 Pembahasan
Sebelum
melakukan pewarnaan dilakukan pembuatan olesan (smear) dan fiksasi pada bakteri
yang diamati. Olesan adalah pemberian bakteri pada kaca benda,
sedangkan fiksasi adalah perlakuan pada bakteri. Bakteri tersebut dimatikan sedemikian rupa,
tetapi selnya mati tanpa perubahan bentuk sel dan struktur yang berada dalam
sel, dan memudahkan menempel pada
kaca benda.
Fiksasi
ini sangat penting sebab apabila sel-sel tidak difiksasi pada permukaan kaca
objek maka lapisn sel yang akan diwarnai dapat tercuci pada saat prosedur
pewarnaan, dimana penyebaran kultur mikroba Escherichia
coli pada kaca objek membentuk lapisan sel yang tipis dan setelah
dikeringkan bentuk mikroba yang nampak melalui mikroskop adalah bentuk batang
dan bentuk spiral. Bentuk dan struktur
dari mikroba sangat jelas sedangkan latar belakangnya nampak sedikit gelap.
Dari
hasil pengamatan dari pengecetan bakteri diperoleh bentuk bakteri yang
menyerupai koma untuk pewarnaan sederhana. Bakteri tersebut mengandung warna
ungu. Hal ini disebabkan atau menunjukkan bahwa bakteri tersebut mempunyai
muatan negatif karena tidak mempertahankan warna dasarnya ungu methilen blue.
Seharusnya bakteri tersebut bermuatan positif karena ditetesi dengan larutan
metilen blue. Menurut Ryan (2004), yang menyatakan bahwa pada pewarnaan
sederhana dimana bakteri yang dihasilkan mempunyai warna ungu, setelah ditetesi
dengan larutan methilen blue yang berwarna ungu muda tersebut maka bakteri yang
ada akan bereaksi. Disamping itu selain methilen blue bersifat alkalin yaitu
komponen kromofiriknya bermuatan positif. Setelah menyerap larutan methilen
blue maka bakteri tersebut berwarna ungu, hal ini disebabkan karena kesalahan
dalam pewarnaan yang kurang sempuirna atau cara pencucian yang dilakukan kurang
bersih.
Pada pengamatan ini fungsi dari larutan safranin adalah
sebagai pembeda (kontras) terhadap zat warna kristal violet dan tidak
menyebabkan perubahan warna pada bakteri kare persenyeawaan kompleks
kristal-yodium tetap terikat pada dinding sel.
.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
1.
Pewarnaan gram
merupakan pewarnaan difrensial karena dapat digunakan untuk membedakan antara bakteri gram negatif dan
gram positif. Pewarnaan ini sering digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi
bakteri. Komposisi dinding sel bakteri gram positif berbeda dengan bakteri gram
negatif sehingga hasil pewarnaan gram akan berbeda.
2. Bakteri gram positif adalah bakteri
yang mempertahankan warna methylene blue sewaktu proses pewarnaan gram. Bakteri
ini mempunyai lapisan peptidoglikan yang tebal.
3. Bakteri gram negatif adalah bakteri
yang tidak mempertahankan warna methylene blue sewaktu prose pewarnaan gram.
Bakteri ini mempunyai lapisan peptidoglikan yang tipis.
4. Berdasarkan hasil pengamatan dapat
diidentifikasi bahwa bakteri E.coli merupakan golongan bakteri gram negatif,
sedangkan bakteri jenis termofilik merupakan golongan bakteri gram positif.
5.2
Saran
Saran saya pada raktikum ini yaitu sebaiknya praktikan lebih
serius dalam melakukan praktikum pengecetan ini agar bakteri yang diamati dapat
terlihat di mikroskop.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2009. Pengenalan Alat dan Mikrobiologi. Jakarta.
Erlangga.
, 2007.
Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Universitas Haluoleo. Kendari.
Afrianto, L., 2004, Menghitung
Mikroba Pada Bahan Makanan, Cakrawala (Suplemen
pikiran rakyat untuk iptek), Farmasi FMIPA ITB
: Bandung.
Amelia,G., R. Handayani, I. Saskiawan, T.
Khusniati, A. Cholic. 2005. Isolasi dan
Pengujian Aktivasi Enzim Amilase dan Protease Mikroba dari Terasi Asal
Kalimantan Timur. Bogor: Pusat Penelitian Biologi.
Djida, N., 2000, Metode
Instrumental dalam Mikrobiologi Umum, UNHAS Press : Makassar.
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta
Ginting, Tjurmin. 2004. Penuntun
Praktikum mikrobiologi Dasar I. Fakultas Pertanian.
Hadioetomo. 2000. Mikrobiologi Dasar dalam praktek. Penerbit PT
Gramedia. Jakarta
Ibnu, 2006. Analisa
Kimia Kuantitatif. Jakarta:Erlangga
Imamkhasani. 2005. Biokimia.
Nutrisi dan Metabolisme. UI Press.
Jakarta.
Indra. 2008. Media Pertumbuhan. 14
Februari 2011.
Judoamidjojo,
Muljono. 1991. Teknologi Fermentasi. Bogor : IPB
Label, C. 2008. Pembuatan Media Agar dan Sterilisasi. 14 Februari 2011.
Mail. 2010. Laporan Pembuatan Medium. 14 Februari 2011.
M. Natsir Djide. 2006 .Mikrobiologi Farmasi Dasar. Universitas Hasanuddin.
Makassar
Moechtar.
2008. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Bogor
: Regina.
Mored. 2005. Biokimia 2000. Erlangga. Jakarta.
Neilands, 1990. Analisa Kimia. Jakarta : Erlangga.
Mored. 2005. Biokimia 2000. Erlangga. Jakarta.
Neilands, 1990. Analisa Kimia. Jakarta : Erlangga.
Nur, I. dan Asnani. 2007.
Penuntun Praktikum Mikrobiologi Akuatik.
Universitas Haluoleo. Kendari
Pelczar, M. 1986. Dasar-
Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia. Jakarta.
Roesheroe, Indrawati, Gandjar. 2006. Mikrobiologi Dasar dan Terapan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Roesheroe, Indrawati, Gandjar. 2006. Mikrobiologi Dasar dan Terapan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Rachdie. 2006. teknik-dasar-analisa-mikrobiologi-2. Jakarta
Sandjaja, B. 1992. Isolasi
dan Identifikasi Mikrobakteria. Jakarta: Widya Medika.
Sarita, H. 2007. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Universitas Haluoleo.
Kendari.
Sudarmadji. 2005. Penuntun
Dasar-Dasar Kimia. Jakarta : Lepdikbud
Sumanti,
Debby M., dkk. 2008. Diktat Penuntun Praktikum Mikrobiologi
Pangan.Universitas Padjajaran:Jatinangor.
Tyas, S. 2000. Pengecatan.
Umum Press. Jakarta.
Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah Malang press. Malang.