Rabu, 18 Desember 2013

laporan lengkap praktikum mikrobiologi

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI

Laporan Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Mata Kuliah
Mikrobiologi

 







  OLEH  :


ZUR MUCHSIN
I1A2 12 075



PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013

I.     PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Pengenalan alat-alat praktikum penting dilakukan guna untuk keselamatan kerja dalam melakukan proses penelitian. Selain itu juga pengenalan alat praktikum bertujuan agar mahasiswa mengetahui nama dan fungsi dari alat-alat tersebut. Alat-alat praktikum sangat di butuhkan dalam proses penilitian atau pun prktikum terutama dalam proses praktikum kimia. Ada banyak sekali alat-alat yang digunakan dan mempunyai fungsi masing-masing didalam bidang keilmuan atau pun proses penilitian tentu alat-alat ini sangat di butuhkan sekali. Alat-alat laboratorium juga dapat berbahaya jika terjadi kesalahan dalam prosedur pemakaiannya. Maka diperlukannya pengenalan alat-alat laboratorium agar penggunaan alat tersebut dapat dipergunakan dengan fungsi dan prosedur yang baik dan benar, sehingga kesalahan yang terjadi dapat diminimalisir sedikit mungkin. Hal ini penting agar mendapatkan hasil penelitian yang baik dan benar. Data-data yang tepat akan meningkatkan kualitas penelitian seseorang. (Novilia, 2008).
Dalam praktikum pengenalan alat-alat laboratorium dan alat-alat sterilisasi akan dijelaskan secara detail mengenai fungsi dan spesifikasi masing-masing alat tersebut. Sterilisasi adalah usaha untuk membebaskan bahan-bahan dari mikrobia yang tidak diinginkan. Jadi Alat-alat sterilisasi adalah alat yang digunakan untuk membebaskan suatu bahan atau alat lain dari mikrobia yang tidak diinginkan. Pada umumnya kegiatan praktek laboratium diarahkan pada upaya agar mahasiswa dituntut untuk menguji, memverifikasi atau membuktikan hukum atau prinsip ilmiah yang sudah dijelaskan oleh dosen, asisten dosen atau buku teks. (Sudarmadji2005).
Dalam praktikum mikrobiologi ini, banyak alat-alat yang digunakan di laboratorium seperti mikroskop cahaya, cawan petri, tabung reaksi, labu erlenmeyer, bunsen, beaker glass, gelas ukur, batang pengaduk, pinset, jarum Ose, kaca preparat, spatula, timbangan analitik, oven, autoklaf serta Laminar Air Flow dan sebagainya. (Laila, 2006).
Alat-alat yang digunakan sewaktu praktikum harus digunakan secara hati-hati dan teliti karena pada umumnya alat tersebut terbuat dari kaca sehingga bisa saja pecah. Praktikan yang baik biasanya mempunyai ketelitian dan kesabaran yang tinggi. Dalam melakukan pengukuran biasanya dia tidak akan puas dengan hanya satu kali percobaan, dia akan mengukur beberapa kali dan mencari data mana yang paling mendekati dan paling akurat. Selain ketelitian, seorang praktikan juga harus mempunyai sifat bersih dan rapi. Karena kebersihan merupakan salah satu factor yang sangat penting di dalam suatu penelitian. Praktikan yang ceroboh dan tidak memperhatikan kebersihan peralatan yang dia gunakan kemungkinan besar akan mendapatkan kesalahan pada penelitiannya. Ini dikarenakan kotoran/ sisa larutan yang lain dapat berkontaminasi dengan larutan baru yang hendak kita teliti sehingga menyebabkan ketidakakuratan data. Kerapian juga menjadi syarat didalam melakukan praktikum, seperti memperhatikan kebersihan meja praktikum, perawatan peralatan dan kedisplinan praktikan. (Imamkhasani, 2000).

1.2.     Tujuan Dan Manfaat
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk adalah untuk mengetahui nama-nama, fungsi serta menggunakan alat-alat yang digunakan dalam laboratorium khususnya pada praktikum mikrobiologi umum.
Manfaat dari praktikum ini yaitu mahasiswa/praktikan akan dapat mengetahui alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum beserta fungsinya masing-masing.
















II.       METODE PRAKTIKUM
2.1     Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu, tanggal 20 November 2013. Pukul 13.00-15.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo, Kendari.
2.2     Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada peraktikum ini adalah autoklaf, oven, cawan petri, tabung reaksi, lampu bunchen, hot plate, labu erlenmeyer, kaca obyek biasa, kaca penutup, mikroskop cahaya, pipet tetes, pipet ukur, pinset, timbangan analitik, batang pengaduk, gelas ukur, inkubator, dan laminar air flow.
2.3    Prosedur Kerja
1.            Menyiapkan alat dan bahan praktikum mikrobiologi.
2.      Mengamati bagian-bagian dari alat-alat tersebut dan mengetahui fungsi masing-masing alat.
3.      Menggambar semua alat-alat tersebut dan menuliskan bagian-bagiannya beserta fungsinya.





IIIHASIL DAN PEMBAHASAN
3.1        Hasil pengamatan
Adapun hasil pengamatan pada praktikum ini dapat di lihat pada table 1 berikut:
Tabel 1. Hasil pengamatan pada praktikum pengenalan alat-alat laboratorium.
No
Nama alat
Gambar alat
Kegunaan
1
Mikroskop cahaya
Untuk melihat benda-benda kecil/ mikroskopis.
2
Inkubator
Untuk menumbuhkan media/bakteri
3
Cawan petri
Untuk membiakan (kultivasi) mikroorganisme pada medium yang dituangkan diatas cawan ini.
4
Hot Plate
Untuk memanaskan
5
Tabung reaksi
Untuk uji-uji biokimiawi dan untuk menumbuhkan mikroba.
6
Batang pengaduk
Untuk mengaduk larutan.
7
Oven
Untuk memanaskan media
8
Pipet tetes
Untuk memindahkan atau mengambil larutan dengan volume yang tidak diketahui.
9
Laminar flow
Untuk mensterilkan media/bahan penumbuh bakteri
10
Lampu bunchen (pembakar spirtus)
Untuk menciptakan kondisi yang steril dengan membakar kontaminan yangberada pada udara.
11
Gelas ukur
Untuk mengukur volume suatu cairan, hamipir sama dengan labu Erlenmeyer memiliki skala volume.
12
Timbangan analitik
Untuk menimbang media/bahan yang akan diamati

13
Pinset
Untuk mengambil benda dengan menjepit. Misalnya memindahkan cakram antibiotik.
14
Autoklafe
Untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan
15
Labu Erlenmeyer
Untuk mereaksikan larutan
16
Colony Counter
alat untuk menghitung jumlah koloni bakteri atau mikroorganisme

3.2       Pembahasan
Praktikum yang berjudul “Pengenalan Alat” ini membahas mengenai alat-alat yang akan dipergunakan pada praktikum Mikrobiologi Umum. Pada praktikum pertama ini, kami dikenalkan pada beberapa peralatan yang nantinya akan digunakan di praktikum mikrobiologi, diantaranya yaitu autoclave, TIP, triangle, erlenmeyer, tabung reaksi, pipet tetes, pipet mikro, oven, incubator dan lainnya. Setiap alat tentu saja memiliki fungsi dan cara kerja yang berbeda. Oleh karena itu pengenalan sebelum melakukan praktikum sangatlah penting. Alat-alat ini juga dapat kita temukan pada Laboratorium lain, namun alat yang sama bisa saja mempunyai fungsi yang berbeda di laboratorium yang beda, contohnya tabung reaksi. Pada laboratorium kimia, tabung reksi digunakan sebagai tempat untuk mereaksikan zat-zat dalam jumlah kecil sementara di laboratorium mikrobiologi tabung reaksi digunakan untuk uji biokimiawi dan menumbuhkan mikroba. Tabung reaksi dapat ditutup dengan menggunakan kapas, tutup metal, plastic ataupun aluminium foil. Tujuannya adalah untuk menghindari kontaminasi dari udara luar (Sudarmadji,2005).
Mikroskop dapat dikatakan sebagai alat penting di laboratorium ini, dikarenakan yang akan diteliti adalah mahluk-mahluk yang berukuran mikro (sangat kecil). Mikroskop pertama dibuat oleh Antonio Van Leeuwenhoek, mikroskop ini awalnya masih sangat sederhana namun pada saat sekarang mikroskop jauh lebih modern dan sudah mempunyai tingkat ketelitian dan akurasi yang tinggi. Mikroskop ini tersusun atas beberapa bagian, diantaranya :
1.    Lensa okuler, lensa yang berfungsi untuk memebentuk bayangan maya, tegak dan diperbesar
2.    Lensa objektif, untuk membentuk bayangan nyata
3.   Makrometer (pemutar kasar), berfunngsi untuk menaikan dan menurunkan mikroskop secara cepat
4.   Mikrometer (pemutar halus), berfungsi menaik turunkan mikroskop secara lambat
5.      Revolver, untuk mengatur perbesaran lensa objektif dengan cara memutarnya
6.      Diafragma, mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk
7.      Meja mikroskop, tempat objek yang akan diamati
8.      Penjepit kaca, untuk menjepit kaca yang terbuat dari plastic
9.      Lengan mikroskop, sebagai pegagang pada mikroskop
10.  Sendi inklinasi (pengatur sudut), untuk mengatur sudut atau penatur tegaknya mikroskop
11.  Tabung mikroskop, berfungsi untuk menghubungkan antara lensa lensa objektif dan lensa okuler
12.  Pemutar,
a.       Pemutar kasar, berfungsi untuk menggerakkan tabung dengan penggeser berat dan mengatur jarak objek dengan lensa sehingga diperoleh bayangan yang jelas
b.      Pemutar halus, berfungsi untuk mengatur tabung dengan penggesaran kecil, sehingga focus lebih tepat dan kita amati nampak lebih jelas (Mored, 2005).
Tabung reaksi biasanya kita gunakan untuk mereaksikan suatu zat, namun pada praktikum mikrobiologi tabung reaksi digunakan untuk uji-uji biokimiawi dan menumbuhkan mikroba.Tabung reaksi dapat diisi media padat maupun cair. Tutup tabung reaksi dapat berupa kapas, tutup metal, tutup plastik atau aluminium foil. Media padat yang dimasukkan ke tabung reaksi dapat diatur menjadi 2 bentuk menurut fungsinya, yaitu media agar tegak (deep tube agar) dan agar miring (slants agar).
Cawan petri digunakan untuk tempat penanaman mikroba namun disini menggunakan agar beku. Biasanya menggunakan jarum ose. Cara menggunakannya dengan memebuka sedikit saja sedikit saja agar tidak ada pencemaran. Bagian bawah pada cawan petri harus lebih kecil dibandingkan bagian atas. Saat disterilisasi cawan harus dibungkus rapat dengan kertas lalu dimasukkan kedalam plastic agar tidak terbentur dengan cawan petri yang lain saat melakukan sterilisasi di autoclave. Cawan petri tersedia dalam berbagai macam ukuran, diameter cawan yang biasa berdiameter 15 cm dapat menampung media sebanyak 15-20 ml, sedangkan cawan berdiameter 9 cm kira-kira cukup diisi media sebanyak 10 ml (Imamkhasani, 2000).
Laminar air flow (LAF) digunakan sebagai ruangan untuk bekerja secara steril. Alat ini berbentuk seperti meja, prinsip kerjanya adalah pengaseptian suatu ruangan berdasarkan aliran udara laminar secara horizontal dari dalam keluar sehingga kontaminasi udara dapat diminimalkan. Sebelum menggunakan alat ini, sebaiknya tangan kita diberi alcohol terlebih dahulu.
Bunsen digunakan untuk sterilisasi alat inokulasi dengan pembakaran seperti sterilisasi jarum inokulum atau spreader. Untuk memastikan kesterilannya jarum inokulum dibakar sampai membara dan spreader dapat dicelupkan alkohol lalu dibakar. Bunsen berbahan bakar gas yang disalurkan melalui pipa sedangkan pembakar spirtus berbahan bakar spirtus (methanol). Namun pembakar spirtus lebih mudah ditemukan di banyak laboratorium karena efisien dan portable. Tersedia juga alat loop incinerator / electric bunsen burner / electric incinerator untuk membakar jarum inokulum. Ujung jarum inokulum dapat dimasukkan ke dalam tabung keramik panas (815oC) selama 6 detik untuk mensterilisasinya. Pembakar spirtus dapat menciptakan sirkulasi udara dari bawah ke atas melewati api karena proses pembakaran. Seringkali hal ini dianggap mampu menciptakan lingkungan udara yang aseptis disekitar pembakar spirtus, tetapi jika memang load kontaminasi besar dan banyak gangguan aliran udara maka hal ini juga tidak sepenuhnya benar. Oleh karena itu sebaiknya tetap menggunakan LAF jika menginginkan kerja pada udara yang steril. Colony counter adalah alat untuk menghitung jumlah koloni bakteri atau mikroorganisme. Bakteri yang dihitung disini adalah bakteri yang masih hidup. Dimana cara pengerjaannya adalah dengan melakukan pengeceran dari medium bakteri misalnya sampai 3 kali dalam tabung reaksi (Sudarmadji2005).














IV.   KESIMPULAN DAN SARAN
4.1       Kesimpulan
1.         Alat-alat yang digunakan di laboratorium mempunyai fungsi dan cara penggunaan yang berbeda, jadi diperlukan pengetahuan pengenalan alat untuk dapat bekerja dengan baik di laboratorium.
2.         Kebersihan dan ketelitian seorang praktikan mempengaruhi hasil yang akan dia  peroleh.
3.         Cawan petri berfungsi untuk membiakkan (kultivasi) mikroorganisme. Medium dapat dituang ke cawan bagian bawah dan cawan bagian atas sebagai penutup.
4.         Tabung reaksi digunakan untuk penanaman mikroba
5.         Jarum ose digunakan untuk memindahkan mikroba
6.         Triangle digunakan untuk meratakan mikrobia di media agar (teknik agar sebar)
7.         Pipet mikro dan tip biasanya digunakan untuk mengambil larutan cair dalam jumlah sedikit
8.         Erlenmeyer terbuat dari kaca yang digunakan sebagai tempat pencampuran atau melarutkan medium.
4.2        Saran
Saran saya sebagai praktikan yaitu diharapkan kepada reka-rekan praktikan yang lain agar membawa semua alat ataupun bahan yang disuruhkan oleh asisten agar praktikan dapat mengikuti praktikum dengan baik, tanpa dipulangkan.

I.    PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Mikrobiologi adalah suatu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang mikroorganisme dan interaksi mereka dengan organisme lain dan lingkungannya (Singleton.2006).
Sejarah tentang mikroba dimulai dengan ditemukannya mikroskop oleh Leeuwenhoek (1633-1723). Mikroskop temuan tersebut masih sangat sederhana, dilengkapi satu lensa dengan jarak fokus yang sangat pendek, tetapi dapat menghasilkan bayangan jelas yang perbesarannya antara 50-300 kali (Skou, dan Sogaard Jensen. 2007).
Istilah bakteri berasal dari kata bakterion (bahasa yunani) yang berarti tongkat atau batang. Morfilogi bakteri terbagi atas 3 macam yaitu, pertama bentuk basil atau basillus, basil berbentuk seperti tongkat pendek agak silindris bentuk basil hampir meliputi seluruh bakteri, bentuk coccus (bulat). Kedua bentuk coccus adalah bentuk bakteri seperti bola-bola kecil, pada golongan ini tidak sebanyak pada golongan berbentuk basil. Ketiga adalah bentuk  spiril (spiral), bentuk spiril adalah bentuk bakteri yang berbentuk seperti spiral atau panjang berbengkok-bengkok (Adam 1992).
Pada saat sekarang ini, dengan berkembangnnya ilmu pengetahuan, maka semakin tinggi pula rasa ingin tahu seseorang terhadap apa yang terdapat di alam sampai pada mikrooorganisme yang tidak dapat dilihat jelas dengan mata tanpa menggunakan alat bantu yang berukuran mikro. Dari hal inilah muncul ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang mikroorganisme tersebut yang disebut dengan mikrobiologi. Para peniliti mulai mencari tahu akan apa yang terkandung pada mikroorganisme tersebut.
Dalam bidang penelitian mikroorganisme ini, tentunya menggunakan teknik atau cara-cara khusus untuk mempelajarinya dan bekerja pada skala laboratorium untuk meneliti mikroorganisme ini baik sifat dan karakteristiknya, tentu diperlukan pula tentang bagamana caranya menumbuhkan suatu mikroba ke dalam suatu media, karena kita tahu bahwa beragamnya persyaratan tumbuh mikroba, maka harus dimengerti jenis-jenis nutrient yang disyaratkan oleh mikroba dan juga macam lingkungan fisik yang menyediakan kondisi yang optimum bagi pertumbuhannya. Mikroba amat beragam, baik dalam persyaratan nutrient maupun fisiknya. Jadi, media yang digunakan harus mengandung komponen-komponen yang dibutuhkan oleh mikroba tersebut.
Untuk mengenal lebih jauh tentang penyiapan medium untuk suatu mikroba, maka diadakanlah praktikum ini, dimana dalam prakitukum ini praktikan diwajibkan mampu mengetahui cara-caranya mulai dari awal sampai akhir melalui bimbingan dari kakak asisten.
1.2     Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1.      Mengetahui dan memahami cara membuat medium NA (Nutrient Agar).
2.      Mengetahui dan memahami fungsi, cara pengunaan, cara mensterilkan dan prinsip kerja dari alat-alat yang digunakan dalam laboratorium mikrobiologi.
3.      Mengetahui cara-cara menghitung jumlah koloni yang ditumbuhkan dalam media Nutrien Agar.
4.      Untuk mengetahui jenis-jenis medium yang tepat untuk pertumbuhan mikroba serta komposisinya masing-masing.
Manfaat dalam praktikum ini adalah sebagai barikut :
Dengan melakukan praktikum ini, maka praktikan dapat mengenal lebih jauh tentang cara-cara penyiapan medium untuk mikroba serta mampu mengetahui jenis-jenis nutrient yang dibutuhkan oleh mikroba dan juga mampu menghitung jumlah koloni yang ditumbuhkan dalam media pertumbuhan.




















II.    TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Mikrobiologi
Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari mikroorganisme atau jasad renik. Objek kajiannya adalah semua makhluk (hidup) yang tidak dapat dilihat jelas dengan mata tanpa menggunakan alat bantu seperti mikroskop, khususnya bakteri, fungi, alga mikroskopik, protozoa, dan Archaea. Virus sering juga dimasukkan walaupun sebenarnya tidak sepenuhnya dapat dianggap sebagai makhluk hidup. (Fardiaz, 1992).
Mikrobiologi dimulai sejak ditemukannya mikroskop dan menjadi bidang yang sangat penting dalam biologi setelah Louis Pasteur dapat menjelaskan proses fermentasi anggur dan membuat serum rabies. Perkembangan biologi yang pesat pada abad ke-19 terutama dialami pada bidang ini dan memberikan landasan bagi terbukanya bidang penting lain seperti biokimia. (Pelozar. 1996)
Penerapan mikrobiologi pada masa kini masuk dalam berbagai bidang dan tidak dapat dipisahkan dari cabang lain karena diperlukan juga dalam bidang farmasi, kedokteran, pertanian, ilmu gizi, teknik kimia, bahkan hingga astrobiologi dan arkeologi.
Mikroorganisme sebagai mahluk hidup sama dengan organisme hidup lainnya sangat memerlukan energi dan bahan-bahan untuk membangun tumbuhannya, seperti dalam sintesa protoplasma dan bagian-bagian sel yang lainnya. Bahan-bahan tersebut disebut nutrien. Untuk memanfaatkan bahan-bahan tersebut, maka sel memerlukan suatu kegiatan-kegiatan, sehingga menyebabkan perubahan kimia di dalam selnya. Semua reaksi yang terarah yang berlangsung di dalam sel ini disebut metabolisme. Metabolisme yang melibatkan berbagai macam reaksi di dalam sel tersebut, hanya dapat berlangsung atas bantuan dari suatu senyawa organik yang disebut katalisator organik atau biasa disebut biokatalisator yang dinamakan enzim. Untuk dapat memahami tentang nutrisi dan metabolisme ini, pengetahuan dasar biokomia sangat dibutuhkan (Natsir Djide dan Sartini. 2006).
2.2       Medium
Medium adalah substansi yang terdiri atas campuran zat-zat makanan (nutrien) yang dipergunakan untuk pemeliharaan dan pertumbuhan mikroorganisme. Mikroorganisme juga merupakan mahluk hidup, untuk memeliharanya dibutuhkan medium yang harus mengandung semua zat yang diperlukan untuk pertumbuhannya, yaitu antara lain senyawa-senyawa organik (protein, karbohidrat, lemak, mineral, dan vitamin). Medium digunakan untuk melihat gerakan dari suatu gerakan mikroorganisme apakah bersifat motil atau non motil, medium ini ditambahkan bahan pemadat 50% (Ratna Hadietomo, 1990).
Suatu medium yang mengandung substansi kompleks seperti ekstrak daging, trifton, darah dan juga dapat disebut medium buatan atau medium kompleks. Sebagai lawannya kita aduk medium yang masing-masing medium yang ditentukan. Medium sintetik mungkin sangat rumit atau atau sangat berbeda sesuai dengan mikroorganisme tertentu yang hendak ditumbuhkan untuk sebagian besar medium sintetik hanya digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme dilaboratorium penelitian. Banyak medium saringan lain yang serupa dengan kaldu yang mengandung makanan (Pelozar, 1996).
Mikroorganisme dapat menggunakan makanan dalam bentuk padat dan dapat pula yang hanya menggunakan bahan-bahan dalam bentuk cairan atau larutan. Mikroorganisme yang menggunakan makanannya dalam bentuk padat tergolong tipe holozoik. Mikroorganisme yang dapat menggunakan makanannya dalam bentuk cairan atau larutan disebut holofitik. Ada beberapa mikroorganisme yang dapat menggunakan makanannya dalam bentuk padatan, tetapi makanan tersebut sebelumnya harus dicerna, di luar sel dengan bantuan enzim ekstraseluler (Iptek, 2009).
Peran utama nutrien adalah sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor elektron dalam reaksi bioenergetik (reaksi yang menghasilkan energi). Oleh karenanya bahan makanan yang diperlukan terdiri dari air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber mineral, faktor pertumbuhan, dan nitrogen. “Selain itu, secara umum nutrient dalam media pembenihan harus mengandung seluruh elemen yang penting untuk sintesis biologik oranisme baru (Arfiandi. 2009).
Tiap sel harus mensintesis sendiri konstituen tubuhnya dari zat-zat sederhana yang ditemukan dalam lingkungannya. Kebanyakan dari zat-zat ini berupa makanan dalam bentuk suspensi atau larutan yang ditemukan dalam air laut, sungai, danau, air selokan, atau bahan-bahan organik lain yang mengalami penguraian, dan sebagainya. Sifat kimia dan fisika dari habitat ini menentukan jenis organisme yang dapat tumbuh atau hidup di lingkungan itu (Widya. 2009).
2.3       Sterilisasi
Sterilisasi merupakan suatu proses untuk membunuh mikroorganisme sampai ke spora-sporanya, yang terdapat di dalam alat atau bahan makanan. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan alat atau bahan sampai temperatur 1210C, selama watu 15 menit.
Salah satu contoh alat untuk melakukan sterilisasi adalah Autoklaf. Pada alatAutoklaf ini, bahan makanan dipanaskan sampai temperatur 121-1340C. makanan diproses selama 15 menit, untuk temperatur 1210C, atau pada temperatur 1340C selama 3 menit. Setelah pemanasan ini, dilakukan pendinginan secara perlahan untuk menghindariover-boiling ketika tekanan diberikan pada alat atau bahan.
Untuk memastikan bahwa proses Autoklaf ini berfungsi untuk mensterilisasi, kebanyakan Autoklaf memiliki meteran dan chart yang menampilan informasi berupa temperatur dan tekanan sebagai fungsi dari waktu. Warna pada meteran ataupun chart tersebut akan berubah, jika alat atau bahan berada pada kondisi yang diinginkan. Selain itu, bioindicator, juga dapat digunakan sebagai indicator untuk menunjukkan performansi Autoklaf. Bioindicator ini harus diletakkan pada daerah yang sulit dijangkau oleh steam, untuk memastikan bahwa walaupun daerah tersebut sulit dijangkau, namun steam tetap terdapat proses penetrasi.
Dampak Sterilisasi Pada daging, terjadi Maillard browning dan karamelisasi yang mempengaruhi warna dari daging, ketika daging melalui proses sterilisasi. Pada sterilisasi susu dengan cara UHT (Ultra High Temperatur), terdapat peningkatan keputihan warna dari susu itu sendiri.
Sterilisasi juga mempengaruhi aroma dan rasa dari makanan. Contohnya, pada sterlisasi makanan kaleng terjadi perubahan rasa yang kompleks, yaitu terjadi proses pirolisis, deaminasi, dan dekarboksilasi asam amino. Interaksi ini dapat menghasilkan lebih dari 600 komponen. Pada sterilisasi dengan cara UHT, perubahan aroma dan rasa yang terjadi lebih sedikit. Tekstur dari makanan juga mengalami perubahan setelah melwati proses sterilisasi. Contohnya, tekstur dari padatan buah dan sayur akan menjadi lebih lunak daripada buah dan sayur yang tidak disterilisasi.
Nutrient value dari makanan juga mengalami penurunan. Stabilitas inhibitor tripsin pada kacang kedelai juga menurun setelah mengalami proses sterilisasi. Thiamin dan pyridoxine juga mengalami degradasi. Namun pada proses sterilisasi ini tidak meningkatkan ataupun menurunkan kandungan vitamin.
           Sterilisasi juga dapat dilakukan dengan cara memasukan alat ke dalam open, kemudian dipanaskan pada suhu 170-180˚C selama 2 jam. Dalam kondisi demikian, semua bakteri, mikroorganisme lainya, dan spora mikroorganisme akan mati. Atau sterilisasi juga dapat dilakukan dengan cara memasukan alat atau bahan ke dalam uap panas (ditanak), alat-alat yang akan disterilkan harus terbungkus rapat, selanjutnya alat-alat tersebut dimasukan ke dalam dandang (pemeram air) selama 30 menit pada suhu 100˚C. Hanya saja, pemanasan ini belum mematikan spora bakteri sehingga alat-alat atau bahan yang disterilkan dengan cara pemanasan uap (ditanak) dalam dandang kurang steril.  
2.4      Menentukan jumlah Mikroba
Jumlah mikroba suatu bahan dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara, tergantung pada bahan dan jenis mikroba yang ditumbuhkan atau dikembang biakan. Dalam analisa mikrobiologi, menghitung jasad renik mikroorganisme suatu sediaan, harus diperhitungkan sifat-sifat dari bahan yang akan diperiksa, terutama: kelarutan, kemungkinan adanya zat anti mikroba, dan derajat kontaminasi yang diperkirakan.
Penyebaran mikroorganisme yang tumbuh pada bahan hasil pertanian pada hasil olahnya pada umumya terdiri dari bakteri, jamur/kapang, virus dan disamping itu terdapat juga binatang satu sel. Pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme dalam bahan (makanan), akan menyebabkan perubahan-perubahan tertentu yaitu : perubahan yang bersifat fisik dan dan kimiawi, sebagai contoh yaitu: konsistensi bahan menjadi lunak, timbul gas atau aroma tertentu dan zat racun yang membahayakan. Jumlah penyebaran bakteri/mikroorganisme pada bahan (makanan) yang sedang mengalami pembusukan sangat bervariasi jumlahnya dan tidak sama jenis spesies-nya serta tergantung pada: varietas, habitat, susunan kimia, cara penanganan, suhu penyimpanan, dan lain-lain.
Pertumbuhan mikroorganisme yang membentuk koloni dapat dianggap bahwa setiap koloni yang tumbuh berasal dari satu sel, maka dengan menghitung jumlah koloni dapat diketahui penyebaran bakteri yang ada pada bahan. Jumlah mikroba pada suatu bahan dapat dihitung dengan dua macam cara yaitu :
1.    Perhitungan
Cara ini digunakan untuk menentukan jumlah mikroba, dengan cara menghitung Secara keseluruhan, baik yang mati atau yang hidup.
2.     Penghitungan Jumlah Mikroba Secara Tidak Langsung
Cara ini dipakai untuk menentukan jumlah mikroba secara keseluruhan baik yang hidup maupun yang mati atau hanya untuk menentukan jumlah mikroba yang hidup saja tergantung cara yang digunakan.
Pada praktikum ini digunakan perhitungan jumlah mikroba secara tidak langsung yaitu dengan cara metode hitungan cawan yang dibedakan atas dua cara sebagai brikut :
1)      Metode tuang (pour plate)
Dalam melakukan metode tuang hal-hal yang harus diperhatikan adalah pengenceran sampel dan memasukkan hasil pengenceran tersebut. Pada pembuatan pengenceran, diambil 1 ml larutan uji dan dimasukkan dalam cawan petri kemudian dimasukkan ke media cair steril sebanyak 10 ml (sebaiknya selama penuangan tutup cawan jangan dibuka terlalu lebar untuk menghindari kontaminasi). Cawan petri digerakkan di atas meja dengan gerakan melingkar seperti angka delapan, gunanya untuk menyebarkan sel mikroba secara merata. Setelah agar memadat, cawan diinkubasikan dalam enkas dengan posisi terbalik selama 48 jam.
2)      Metode permukaan (surface/Spread Plate)
Cara melakukan metode permukaan yaitu media cair steril dituang terlebih dahulu ke dalam cawan petri, setelah membeku dituang 0,1 ml sediaan yang telah diencerkan, lalu diratakan dengan alat pengusap di atas permukaan media, kemudian diinkubasi dalam enkas selama 48 jam.






























II.                METODE PRAKTIKUM

3.1     Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari rabu, tanggal 27 November 2013. Pukul 14.00-18.30 WITA. Bertempat di Laboratorium Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo, Kendari.
3.2     Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum dapat dilihat pada table 2 berikut :
Tabel 2. Alat dan bahan yang digunakan pada percobaan pembuatan media yaitu  sebagai berikut :
   No.         Alat dan Bahan                     Satuan                              Kegunaan
  A.     Alat     
         1.     Timbangan Analitik                     gram                  Untuk Menimbang bahan
          2.      Gelas Ukur                                   ml                     Untuk mengukur aquades
   3.      Gelas Piala                                   ml                    Untuk pembuatan larutan
   4.      Batang Pengaduk                           -                      Untuk mengaduk larutan
   5.      Tabung Reaksi                              -                      Untuk tempat larutan
   6.      Cawan Petri                                   -                      Untuk tempat larutan
  B.     Bahan             
   1.      Media Na                                    gram                  Bahan Percobaan 
   2.      Aquades                                        ml                    Untuk Membersihkan
   3.      Kapas                                             -                      Menyumbat lubang tabung reaksi


3.3       Prosedur Kerja  
Prosedur kerja yang dilakukan pada partikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.   Pembuatan media dari ekstrak media yang telah jadi (Media NA)
-     Mengukur air suling sebanyak 110 ml dengan menggunakan gelas ukur, kemudian tuang kedalam gelas piala yang berukuran 250 ml.
-     Menimbang media Na  seberat 2,5 g dan dimasukkan kedalam air suling pada gelas  piala.
-     Memanaskan sampai mendidi sambil diaduk terus-menerus.
-     Memasukkan kedalam tabung reaksi dan menyumbatnya dengan kapas.
-     Mensterilkan pada auto clave.
-     Membuat media tegak, media miring, dan media cawan secara aseptic.
-     Memasang etiket pada bagian dasar cawan dan pada bagian atas tabung reaksi.















IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1       Hasil Pengamatan



Gambar 1. Media Tegak                                 Gambar 2. Media Miring




Gambar 3. Media Cawan


4.2      Pembahasan
Nutrien Agar (NA) merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni.
Pada medium Nutrient Agar (NA) dari warna keruh menjadi warna kuning kecoklatan, hal ini disebabkan karena mikroba yang ada didalam media tersebut telah tumbuh sehingga menyebabkan pembusukan pada medium tersebut atau mikroba tersebut telah mengurai zat-zat yang ada dalam media tersebut.
Macam-macam media pertumbuhan  berdasarkan sifat fisik yaitu medium padat, medium setengah padat dan cair. Media padat yaitu media yang mengandung agar 15 % sehingga setengah dingin media menjadi pada. Medium setengah padat adalah media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Medium cair adalah media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah Nutrient Broth dan Lactose Broth. Digunakan sterilisasi kering menggunakan oven untuk mensterilisasi alat seperti tabung reaksi, labu erlenmeyer, dan cawan petri. Dan sterilisasi basah menggunakan autoclaf untuk sterilisasi bahan yang sudah ada isinya. Pada pembuatan media taoge agar digunakan agar media dari taoge cair yang dibuat menjadi padat.
Media yang digunakan untuk keperluan mikrobiologi harus dalam keadaan steril, artinya di dalam bahan tersebut tidak didapatkan pertumbuhan mikroba yang tidak diharapkan baik di dalam bentuk spora atu bentuk lainnya. Keadaan ini mempunyai maksud dan tujuan agar jika bahan tersebut dipergunakan, maka hanya mikroba yang dimaksud yang akan tumbuh berkembang. Tujuan kedua ialah untuk meminimalkan kemungkinan besar pertumbuhan mikroba yang lain, yang akan menghambat atau mematikan mikroba yang kita tumbuhkan. Susunan media pada mikroba harus memiliki kandungan air, nitrogen, sumber energi atau unsur C, dan faktor pertumbuhan, agar bakteri dapat tumbuh dengan baik.
Berdasarkan hasil pengamatan dalam pembuatan media NA pada saat ekstrak yang merupakan campuran antara agar sebagai bahan utama dan peptone sebagai pelengkap dituang kedalam air suling, sebelum diaduk pada dasar labu erlenmeyer terdapat tumpukan ekstrak ini yang belum tercampur dengan air, tetapi gelembung-gelembung gas keluar dari ekstrak. Ini membuktikan bahwa daya larutannya dalam air sangat kecil.
Untuk mempercepat proses pelarutan maka dilakukan pengadukan hingga menyebabkan perubahan warna dari ekstrak, yakni dari kuning tua sebelum pengadukan menjadi kuning setelah pengadukan. Selanjutnya diadakan pemanasan dengan menggunakan pemanasan air dengan suhu 100oC. setelah pemanasan selesai, mulut labu erlenmeyer disumbat dengan menggunakan kapas lalu dilapisi dengan aluminium file untuk mencegah terjadinya kontaminasi.
           




V.    KESIMPULAN DAN SARAN
5.1       Kesimpulan
1    Pembuatan media adalah suatu bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba baik diatas maupun didalamnya.
2.   Berdasarkan dari fungsi pembuatan media, media dibedakan atas media dasar, media penyubur, dan media diferensial.
3.      Medium Nutrien Agar (NA) konsistensinya berbentuk padat dan berwarna kuning kecoklatan yang berfungsi untuk pertumbuhan mikroba dari telur.
5.2       Saran 
Saran yang dapat saya sampaikan dalam praktikum ini agar praktikan membawa semua alat ataupun bahan yang disuruhkan oleh asisten terutama membawa alcohol dan kapas, agar praktikan dapat mengikuti praktikum dengan baik.






I.       PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Pada umumnya mikroba yang hidup di alam terdapat dalam bentuk populasi campuran. Sangat jarang mikroba di alam dijumpai sebagai spesies yang tunggal. Dengan demikian, agar mikroba tersebut dapat diidentifikasikan, sehingga mudah dipelajari sifat pertumbuhan, morfologis, dan fisiologis masing-masing mikroba maka langkah pertama yang harus dilakukan yaitu spesies tersebut dipisahkan dari organisme lain yang umum dijumpai dalam habitatnya, kemudian ditumbuhkan menjadi biakan murni yaitu suatu biakan yang terdiri dari sel-sel dari satu spesies.
Mikroorganisme tersebar luas di dalam lingkungan baik di tanah, air,maupun udara. Keberadaan mikroorganisme baru dapat kita rasakan melewatimakanan yang kita konsumsi dan sebagai akibatnya produk pangan jarang sekali yang steril dan umumnya tercemar oleh berbagai mikroorganisme. Bahan panganselain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga sebagai sumber makanan bagi perkembangan mikroorganisme. Pertumbuhan atau perkembangan mikroorganisme dalam makanan sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia.
Mikroorganisme merupakan mahluk hidup yang sangat banyak, baik ditanah, air maupun udara. Untuk itu perlunya isolasi maupun permurnian untuk mendapatkan mikroorganisme tersebut. Populasi yang besar dan kompleks dengan berbagai mikroba terdapat dalam tubu manusia termasuk dimulut, saluran pencernaan dan kulit. Isolasi adalah cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba tertentu dari lingkungannya, sehingga diperoleh kultur murni atau biakan murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel mikrobianya berasal dari pembelahan dari satu seltunggal. Kultur murni atau biakan murni diperlukan karena semua metode mikrobiologis yang digunakan untuk menelaah dan mengidentifikasi mikroorganisme, termasuk penelaahan ciri-ciri kultural, morfologis, fisiologis,maupun serologis, memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam mikroorganisme saja.
Adapun yang melatar belakangi sehingga peraktikum ini dilaksanakan adalah untuk mengetahui dan menguasai teknik isolasi mikroba dari wadah yang satu ke wadah yang lain sehingga hanya biakan murni yang dapat tumbuh.
1.2        Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1.   Untuk mengetahui dan memahami teknik pengisolasian mikroba.
2.   Untuk mengetahui teknik pemindahan biakan mikroba dari wadah satu ke wadah yang lain sehingga tidak bercampur dengan bakteri lain.     
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu sebagai berikut :
Agar mahasiswa dapat melakukan kultur dan isolasi pada berbagai jenis mikroba yang diamati.


II.                TINJAUAN PUSTAKA
Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, sel-sel mikroba akan membentuk koloni sel yang tetap pada tempatnya  (Nur, I. dan Asnani, 2007).
Dikenal beberapa cara atau metode untuk memperoleh biakan murni dari suatubiakan campuran. Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan gores dan metode cawan tuang. Yang didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud untuk memperoleh spesies individu. Dengan anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat diamati  (Afrianto, 2004).
Biakan murni diperlukan dalam berbagai metode mikrobiologis, antara lain digunakan dalam mengidentifikasi mikroba. Untuk mengamati ciri-ciri kultural morfologi, fisiologi dan serologi dibutuhkan mikroba yang berasal dari satu spesies  (Dwidjoseputro, 2005).
Menurut Hadioetomo (1993), ada dua metode yang dilakukan untuk memperoleh biakan murni yaitu :
1.  Metode cawan gores
            Metode ini mempunyai dua keuntungan, yaitu menghemat bahan dan waktu. Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan.
2.  Metode cawan tuang
Cara lain untuk memperoleh koloni murni dari populasi campuran mikroorganisme adalah dengan mengencerkan spesimen dalam medium agar yang telah dicairkan dan didinginkan ( ±50­­ o) yang kemudian dicawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba di dalam spesimen pada umunya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang-kurangnya satu di antara cawan tersebut mengandung koloni terpisah di atas permukaan ataupun di dalam agar. Metode ini memboroskan bahan dan waktu namun tidak memerlukan keterampilan yang tinggi.
Metode cawan gores memiliki dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu. Namun untuk memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang biasanya diperoleh dari pengalaman. Metode cawan gores yang dilaksanakan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme seperti yang diinginkan. Dua macam kesalahan yang umum sekali dilakukan oleh para mahasiswa yang baru mulai mempelajari mikrobiologi ialah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik-baiknya untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjadi kurang lanjut dan cenderung untuk menggunakan inokulum terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan sel-sel yang digoreskan (Ratna, 1990).
         Menurut Dwidjoseputro (1980), sifat-sifat koloni yang tumbuh pada agar-agar lempengan, pada agar-agar miring dan pada tusukan gelatin adalah sebagai berikut :
1.      Sifat-sifat koloni pada agar-agar lempengan mengenai bentuk, permukaan dan tepi. Bentuk koloni dilukiskan sebagai titik-titik, bulat berbenang, tak teratur, serupa akar, serum kumparan. Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar, timbul melengkung, timbul mencembung, timbul membukit dan timbul berkawah. Tepi koloni ada yang utuh, ada yang berombak, ada yang berbelah-belah, ada yang bergerigi, ada yang berbenang-benang dan ada yang keriting.
2.      Sifat-sifat koloni pada agar-agar miring. Sifat ini berkisar pada bentuk dan tepi koloni dan sifat itu dinyatakan dengan kata-kata seperti : serupa pedang, serupa duri, serupa tasbih, serupa titik-titik, serupa batang dan serupa akar.
3.      Sifat koloni tusukan dalam gelatin. Ada bakteri yang dapat mengencerkan gelatin. Karena itu, maka bentuk-bentuk koloninya juga berbeda-beda. Lagipula bentuk koloni yang tidak dapat mengencerkan gelatin. Bila dilihat dari samping koloni yang tidak mengencerkan gelatin dapat serupa pedang, tasbih, bertonjol-tonjol dan berjonjot. Jika bakteri mampu mengencerkan gelatin, maka bentuk koloninya dapat serupa kawah, serupa mangkuk, serupa corong, pundi-pundi dan berlapis.
Setelah mikroba ditumbuhkan pada media agar tabung maupun cawan dan estelah inkubasi akan terlihat pertumbuhan bakteri dengan berbagai macam bentuk, ukuran, sifat, dan berbagai ciri khas yang lain. Ciri-ciri ini akan mengarahkan ke sifat-sifat mikroba tersebut pada media pertumbuhan, sehingga pengamatan morfologi ini sangat penting untuk diperhatikan (Ratna,1990).
Bakteri yang memiliki flagella sering kali membentuk koloni yang menyebar terutama jika menggunakan lempengan agar basah, untuk mencegah menyebarnya koloni maka harus digunakan agar benar-benar kering (Djida, N., 2000).











III.             METODE PRAKTIKUM
3.1       Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 4 Desember 2013, pukul 14.00 WITA-selesai. Bertempat di Laboratorium Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Universitas Halu Oleo, Kendari.
3.2              Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada pratikum kultur mikroba dan teknik isolasi adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Alat dan Bahan Percobaan Kultur Mikroba dan Teknik Isolasi  adalah sebagai berikut.
No.                 Alat dan Bahan                   Satuan                     Kegunaan
A.             Alat
 1.       Lampu bunsen                             -                   Untuk Membakar
 2.      Jarum oce                                    -                    Untuk menggores
 3.       Pipet volume                              ml                  Untuk mengukur larutan
 4.       Botol specimen                           -                    Untuk menyimpan sampel
B.              Bahan
 1.       Sampel air                                   -                    Untuk sampel mikroba
 2.       Media agar                                  -                    Untuk media bakteri

3.3       Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada partikum kali ini adalah sebagai berikut :
1.  Metode Pengambilan dan Penyimpanan Sampel Air dan Bahan Padat
a)      Sampel Cair
-     Menyiapkan botol specimen.
-     Memegang bagian bawah botol kemudian menurunkan dengan cepat ke dalam air sampai kedalaman 30 cm.
-     Membuka tutup botol dan tangan yang memegang tutup botol buat gerakan melenggang sehingga air masuk ke dalam botol (permukaan air jangan menyentuh tutup botol bagian bawah).
-     Menutup botol dengan rapat.
-     Menyimpan pada suhu 50C paling lama 24 jam.
b)  Bahan padat
-     Mengukur aquades dengan gelas ukur sebanyak 45 ml (untuk pengenceran 1 : 10).
-     Menimbang sampel sebanyak 5 gram.
-     Mengahaluskan dan masukkan kedalam aquades tersebut diatas.
-     Mengaduk sampai rata dan diamkan sampai mengendap.
2Metode Pengenceran
-     Menyiapkan larutan pengencer 9 ml dalam tabung reaksi (pengenceran 1 : 10) sebanyak 7 buah (tergantung jumlah pengenceran yang diinginkan, umumnya 3 – 7 x pengenceran).
-     Menyiapkan larutan pengencer 99 ml dalam erlenmeyer (pengenceran 1 : 100) sebanyak 7 buah.
-     Memasukkan masing-masing 1 ml sampel baik dari sampel air maupun padat kedalam tabung reaksi dan Erlenmeyer (pengenceran ke-1).
-     Memindahkan masing-masing 1 ml dari pengenceran 1 ketabung reaksi dan erlemeyer (Pengenceran ke-2).
-     Melakukan seterusnya samapi pengenceran terakhir.
3. Metode kultur dan isolasi
a.   Metode cawan gores
-     Menyiapkan media dalam cawan Petri dan membiarkan sampai membeku.
-     Mengambil 1 oce sampel yang telah dilakukan pengenceran.
-     Melakukan penggoresan dengan menggunakan jarum ose (cara goresan langsung. goresan kuadran dan radian) pada media cawan.
-     Memberi etiket pada cawan (kelompok, cara penggoresan dan tanggal penanaman).
-     Mengingkubasikan pada temperatur 370C selama 1 – 2 x 24 jam.
-     Mengamati koloni yang terbentuk baik warna maupun bentuk strukturnya.
-     Memindahkan masing-masing koloni yang berbeda pada media cawan atau media agar miring.
-     Pemindahan tersebut di atas dilakukan sampai didapatkan mikroba yang murni.
b.   Metode Cair.  
-     Menyiapkan media cair  (tanpa agar) dan suspensikan 1 ml atau 0,1 ml kedalamnya.
-     Memberi etiket pada tabung reaksi (kelompok cara penggoresan, dan tanggal penanaman).
-     Inkubasi pada temperatur 37oc selam 1-2 x 24 jam.
-     Mengamati perubahan warna yang terjadi dan pindahkan ke media padat dan cawan.
-     Memindahan di lakukan sampai mendapatkan biakan murni.













IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1   Hasil Pengamatan



Gambar 4. Goresan Langsung



Gambar 5. Goresan Radian



Gambar 6. Goresan Kuadran
4.2   Pembahasan
Percobaan ini membahas tentang cara-cara atau teknik yang biasa digunakan dalam mengisolasi mikroba dari habitat alaminya. Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk menumbuhkan mikroba di luar lingkungan alamiahnya. Pemisahan mikroorganisme dari lingkungannya ini bertujuan untuk memperoleh biakan bakteri yang sudah tidak bercampur lagi dengan bakteri lainnya atau yang disebut biakan murni. Di kehidupan normalnya atau di habitat alamiahnya mikroba sulit ditemukan dalam bentuk koloni sendiri. Mikroba ini pasti ditemukan dalam bentuk koloni yang hidup bersama-sama dengan koloni mikroba yang lainnya. Oleh karena itu, pengisolasian ini dilakukan.
Pengisolasian ini dilanjutkan dengan pembuatan medium tempat mikroba ini nantinya akan tumbuh atau dengan kata lain membuat habitus sintetisnya. Medium ini terlebih dahulu disterilkan dengan cara melidah-apikan mulut botol tempat penyimpanan medium agar tersebut. Begitupun dengan cawan petri itu sendiri. Sebelum semua prosedur kerja dilakukan terlebih dahulu tangan harus disterilkan menggunakan alcohol 70% yang disemprotkan ke seluruh permukaan tangan.
Dalam percobaan ini, kami menggunakan jarum ose sebagai media untuk memindahkan mikroba tersebut dari habitus alaminya. Jarum ose tersebut terlebih dahulu harus disterilkan dengan cara membakarnya pada bunsen sampai jarumnya pijar. Lalu jarum ose tersebut didiamkan selama ±2 menit, tujuan hal ini yaitu untuk mendinginkan jarum ose-nya yang habis dipijarkan tadi agar ketika jarum ose itu digoreskan ke dalam cawan petri yang berisi objek mikroba yang akan diisolasi, tidak segera mematikan mikrobanya.
Praktikum ini adalah mempelajari teknik isolasi mikroba dengan cara goresan. Teknik goresannya dilakukan dalam cawan petri. Dengan menggunakan jarum ose yang sebelumnya dipanaskan pada api bunsen lalu dicelupkan pada alkohol untuk sterilisasi jarumnya. Goresan diberikan sangat tipis sekali pada permukaan atas medium dalam cawan petri secara zig-zag,
Pada percobaan ini mikroba yang digunakan hanya satu jenis yaitu bakteri dan menggunakan medium NA.
Medium NA berfungsi untuk membiakan berbagai macam mikroorganisme serta kultur bakteri. Pada praktikum ini kita mempelajari bagaimana melakukan teknik inokulasi biakan mikroorganisme pada medium steril sehingga bisa mendefinisikan bahwa teknik inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium lama kemedium baru dengan tingkat ketelitian sangat tinggi dan dituntut untuk bekerja secara aseptic yaitu bebas dari pengaruh kontaminan mikroorganisme yang lain. Teknik aseptic dilakukan dengan penyediaan alat-alat kerja yang steril dan bekerja didekat api Bunsen agar terhindar dari kontaminan udara.pada waktu inokulasi jarum yang digunakan untuk meindahkan mikroba harus dipijarkan diatas api segera sebelum dan sesudah melakukan pemindahan. Pemanasan ini menghancurkan semua bentuk kehidupan yang ada pada permukaan jarum atau alat pemindahan, setelah di inokulasi biakan bakteri disimpan dan diinkubasi dalam lingkungan yang sesuai untuk petumbuhan.
Setelah diinkubasi diperoleh hasil pertumbuhan mikroba pada medium NA. Hal ini dikarenakan mikroba yang diisolasi adalah jenis bakteri, dan bakteri hanya dapat tumbuh pada medium NA. Jadi yang akan dibahas pada kali ini adalah bagaimana pertumbuhan mikroba pada medium NA. Pada cawan petri pertama, jumlah koloni yang tumbuh adalah sebanyak 8 koloni dan memiliki morfologi seperti warna putih susu, tepi berlekuk, bentuk tak beraturan dan menyebar, permukaan timbul, dan tekstur kusam. Pada cawan petri kedua, jumlah koloni yang ditemukan adalah sebanyak 4 koloni dan berwarna kream, tepi berlekuk, bentuk tak beraturan dan menyebar, permukaan timbul, dan tekstur kusam. Pada cawan petri ketiga dan keempat, masing-masing ditemukan mikroba dengan jumlah 5 koloni dan 1 koloni, dan untuk morfologinya sama dengan pada cawan petri kedua. Untuk cawan petri terakhir ditemukan mikroba sebanyak 6 koloni, dan memiliki morfologi seperti warna kream, tepi tak beaturan, bentuk tak beraturan dan menyebar, permukaan timbul dan tekstur kusam.









V.     KESIMPULAN DAN SARAN
5.1       Kesimpulan
1.   Teknik isolasi mikroorganisme adalah suatu usaha untuk  menumbuhkan mikroba diluar dari lingkungan alamiahnya, untuk memperoleh biakan murni. Biakan murni yaitu mikroba yang sudah tidak bercampur lagi dengan mikroba lainnya.
2.     Teknik yang digunakan untuk teknik isolasi mikroba adalah teknik goresan, yaitu metode goresan radian, langsung dan kuadran.
3.     Medium yang digunakan untuk biakkan murni adalah medium NA untuk biakkan bakteri.
5.2       Saran
            Adapun saran saya pada praktikum ini yaitu sebaiknya sebelum keluar ruangan laboratorium, praktikan agar meja-maja yang telah digunakan diperhatikan kebersihannya sebelum meninggalkan ruangan praktikum, agar terlihat rapid an bersih








I.             PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri yang ada di suspensikan. Salah satu cara unutk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah di identifikasi adalah dengan cara metode pengenceran atau pewarnaan. Hal tersebut berfungsi untuk mengetahuisifat fisiologisnya  yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecetan atau pewarnaan (Dwidjoseputro, 1998).
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Unutk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi (Dwidjoseputro, 1998).
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan praktikum kali ini unutk mengetahui teknik pewarnaan mikroorganisme baik itu dengan cara pewarnaan sederhana, pengenceran negative, maupun pengenceran gram serta mengetahui morfologi mikroorganisme (Sutedjo, 1991).
1.2              Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktikum pengecatan mikroba ini adalah untuk melihat bentuk bakteri dan mempelajari cara pewarnaan.
                Manfaat daripada praktikum yang telah dilakukan yaitu agar kita dapat melakukan cara pewarnaan.
















II.                TINJAUAN PUSTAKA
Bakteri atau mikroba lainya dapat di lihat dengan mikroskop biasa tanpa yaitu dengan cara-cara khusus, misalnya dengan cara tetesan bergantung,menggunakan kondensor medan gelap dan lain-lain.Tetapi pengamatan dari pewarnaan ini lebih sukar dan tidak di pakai untuk melihat bagian-bagian sel dengan teliti, karena sel bakteri dan mikroba lainya transparan. Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna  juga transparan dan sangat kecil untuk mengatasi hal tersebut maka di kembangkan suatu teknik pewarnaan bakteri ,sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah di amati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi(Dwijoseputro, 2005).
Macam –macam pewarnaan :
a)     Pewarnaan negatif
Pada pewarnaan ini merupakan pewarnaan tidak langsung  karena yang di warnai adalah latar belakangnya, sedangkan bakerinya sendiri tidak mengalami pewarnaan. Zat warna yang di gunakan adalah nigrosin.
b)     Pewarnaan sederhana
Pewarnaan sederhana adalah pewrnaan yang menggunakan zat warna yang tunggal  bertujuan untuk mengindentifikasi morfologi sel bakteri. Pada pewarnaan ini zat warna yang kami gunakan adalah gentiana violet.
c)     Pewarnaan gram  
Pewarnaan gram atau metode gram adalah  salah satu teknik pewarnaan yang paling penting dan luas di gunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi di kenai larutan-larutan berikut zat pewaraan Kristal violet, larutan yodium, larutan akohol(bahan pemucat) dan zat pewarnaan tandinganya berupa zat warna safranin atau air fucshin. Metode ini di beri nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853-1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk  membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiela, pneumonia. Bakteri yang telah diwarnai dengan metode ini  dibagi menjadi dua kelompok yaitu, bakteri gram positf dan bakteri gram negatif. Bakteri garam positif akan memprtahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna Kristal violet setelah dicuci dengan alkohol dan sewaktu diberi zat pewarna tandingnya yaitu dengan zat pewarn air fucshin atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan warna ini di sebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya (Pelczar, 2007).
            Bakteri gram positif adalah bakeri yang mempertahankan zat warna metal ungu sewaktu proses pewarnaan gram. Bakteri jenis ini akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop sedangkan bakteri gram negatif akan berwarna merah atau merah muda. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis bakteri ini  terutama berdasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri .Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat metal ungu pada metode pewarnaan gram. Bakteri gram-positif akan mempertaahankan warna ungu gelap setelah di cuci dengan alkohol.
Sementara bakteri gram-negatif tidak. Pada uji pewarnaan gram suatu pewarnaan penimbal (conterstain)di tambahkan setelah metil ungu, yang membuat semua bakteri gram-negatif menjadi berwarna merah atau merah muda. Pengujian ini berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri ini perbedaan struktur dinding selnya. Banyak spesies organisme inang, sifat pathogen ini umumnya berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding sel gram-negatif terutama lapisan lipopolisakarida (Pelczar, 2007).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri sebagai berikut:
1.               Fiksasi
Fiksasi perlu dilakukan sebelum pewarnaan bakteri karena berguna merekatkan sel bakteri pada gelas objek, membunuh bakteri, melepaskan granula (butiran) protein menjadi gugusan reaktif (NH3+) membuat sel-sel lebih kuat, mencegah terjadinya otolisis sel, mengubah avinitas, fiksasi dapat dilakukan secara fisik atau dengan bahan kimia.
2.                Peluntur zat warna
Peluntur zat warna berguna untuk menghasilkan kontras yang lebih baik pada bayangan mikroskop. Pada umumnya, sel-sel yang mudah diwarnai akan lebih mudah pula dilunturkan warnanya. Sedangkan sel-sel yang sukar diwarnai akan lebih sukar dilunturkan warnanya.
3.          Substrata
Merupakan zat warna asam atau basa dapat bereaksi dengan senyawa-senyawa tertentu. Oleh karena itu, senyawa-senyawa organik seperti protein, karbohidrat, lemak dan asam nukleat akan mempengaruhi pewarnaan. Berdasarkan jenis zat warna yang diserap oleh sel, maka dapat dibedakan tiga macam sel yaitu: sel-sel asidofil, basodill dan sudanofil.
4.                  Intensifikasi warna
Zat warna dapat diintensifikasikan dengan cara menambahkan mordan, yaitu zat kimia yang dapat menyebabkan sel-sel bakteri dapat diwarnai lebih intensif karena zat warna terikat lebih kuat daripada jaringan sel. Mordan dibagi atas dua macam, yaitu mordan asam dan mordan basa. Mordan asam adalah mordan yang bereaksi dengan zat-zat warna basa. Sedangkan mordan basa adalah mordan yang bereaksi dengan anion zat warna asam.
5.                   Zat warna penutup atau zat warna lawan
Zat warna lawan adalah suatu zat warna basa yang berbeda warnanya dengan zat warna mula-mula yang digunakan. Gunanya adalah untuk memberikan warna pada sel-sel yang berbeda warnanya dengan zat warna mula-mula. Zat warna penutup diberikan pada akhir pewarnaan dengan tujuan untuk memberikan kontras pada sel-sel yang tidak menyerap zat warna utama (Sutedjo, 1991).




III.             METODE PRAKTIKUM
3.1              Waktu dan Tempat
Pratikum ini dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 6 Desember 2013. Pukul 14.00 WITA-selesai. Bertempat di gedung Laboratorium Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Univeritas, Halu Oleo, Kendari.
3.2              Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada pratikum dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
Tabel 4. Alat dan Bahan Percobaan Pengecatan Bakteri sebagai  berikut :
No.
Alat dan Bahan
Kegunaan
1.
Alat


-      Mikroskop Cahaya
Untuk mengamati objek

-      Jarum Ose
Untuk membuat goresan

-      Lampu Bunsen
Untuk mensteril mikroba

-      Kaca Objek
Untuk mengamati objek

-      Kaca Preparat
Untuk menutup kaca objek

2.

Bahan


-      Zat Warna
Untuk mewarnai mikroba

-      Aquades
Untuk membrsihkan kaca preparat

-      Biakan Murni
Untuk media objekang diamati


3.3              Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja pada pratikum pengecetan bakteri adalah sebagai berikut:
a)   Pewarnaan Sederhana
-    Membuat olesan bakteri pada kaca objek
-          Difiksasi
-          Memberi pewarnaan dan membiarkannya selama 2 menit
-          Mencuci dengan air mengalir
-          Mengeringkan dengan angin
-          Mengamati dibwah mikroskop
-          Menggambar bentuk bakteri dengan warna yang timbuk
b.  Pewarnaan Gram
-          Membuat olesan bakteri pada kaca objek dan Difiksasi
-          Memberi zat warna utama yaitu oksalatkrostal ungu (barupa larutan) elama satu sampai dua menit, kemidaion di cuci dengan air mengalir
-          Setelah dibilas dengan air lalu dikerihkan dengan angin
-          Meneteskan kembali dengan larutan yodium dalam KJ (Yodium Lugol) selama 1 sampai 2 menit lalu di cuci dengan air mengalir dan dikering anginkan
-          Meneteskan larutan media masa aeton edikit demi sedikit sehingga larutan yang mengalir tadi mudah berwarna
-          Meneteskan zat warna penutup yaitu larutan safranin pewarna merah atau karbolfuhsin selama 2 sampai 3 menit lalu dikeringkan anginkan
-          Amati di bawah mikroskop lalu menggambar bentuk bakteri dan warnanya.



IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
A.          Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada Media Na berikut :

Keterangan warna :
1.       Biru
2.       Putih
3.       Hitam



            Gambar 7. Hasil Pewarnaan Media Na.
4.2       Pembahasan
Sebelum melakukan pewarnaan dilakukan pembuatan olesan (smear) dan fiksasi pada bakteri yang diamati.  Olesan adalah pemberian bakteri pada kaca benda, sedangkan fiksasi adalah perlakuan pada bakteri.  Bakteri tersebut dimatikan sedemikian rupa, tetapi selnya mati tanpa perubahan bentuk sel dan struktur yang berada dalam sel, dan memudahkan menempel pada kaca benda.
Fiksasi ini sangat penting sebab apabila sel-sel tidak difiksasi pada permukaan kaca objek maka lapisn sel yang akan diwarnai dapat tercuci pada saat prosedur pewarnaan, dimana penyebaran kultur mikroba Escherichia coli pada kaca objek membentuk lapisan sel yang tipis dan setelah dikeringkan bentuk mikroba yang nampak melalui mikroskop adalah bentuk batang dan bentuk spiral.  Bentuk dan struktur dari mikroba sangat jelas sedangkan latar belakangnya nampak sedikit gelap.
Dari hasil pengamatan dari pengecetan bakteri diperoleh bentuk bakteri yang menyerupai koma untuk pewarnaan sederhana. Bakteri tersebut mengandung warna ungu. Hal ini disebabkan atau menunjukkan bahwa bakteri tersebut mempunyai muatan negatif karena tidak mempertahankan warna dasarnya ungu methilen blue. Seharusnya bakteri tersebut bermuatan positif karena ditetesi dengan larutan metilen blue. Menurut Ryan (2004), yang menyatakan bahwa pada pewarnaan sederhana dimana bakteri yang dihasilkan mempunyai warna ungu, setelah ditetesi dengan larutan methilen blue yang berwarna ungu muda tersebut maka bakteri yang ada akan bereaksi. Disamping itu selain methilen blue bersifat alkalin yaitu komponen kromofiriknya bermuatan positif. Setelah menyerap larutan methilen blue maka bakteri tersebut berwarna ungu, hal ini disebabkan karena kesalahan dalam pewarnaan yang kurang sempuirna atau cara pencucian yang dilakukan kurang bersih.
Pada pengamatan ini fungsi dari larutan safranin adalah sebagai pembeda (kontras) terhadap zat warna kristal violet dan tidak menyebabkan perubahan warna pada bakteri kare persenyeawaan kompleks kristal-yodium tetap terikat pada dinding sel.                                                                                              .                                                              

V.          KESIMPULAN DAN SARAN
5.1              Kesimpulan
1. Pewarnaan gram merupakan pewarnaan difrensial karena dapat digunakan untuk membedakan antara bakteri gram negatif dan gram positif. Pewarnaan ini sering digunakan untuk identifikasi dan klasifikasi bakteri. Komposisi dinding sel bakteri gram positif berbeda dengan bakteri gram negatif sehingga hasil pewarnaan gram akan berbeda.
2.      Bakteri gram positif adalah bakteri yang mempertahankan warna methylene blue sewaktu proses pewarnaan gram. Bakteri ini mempunyai lapisan peptidoglikan yang tebal.
3.      Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan warna methylene blue sewaktu prose pewarnaan gram. Bakteri ini mempunyai lapisan peptidoglikan yang tipis.
4.      Berdasarkan hasil pengamatan dapat diidentifikasi bahwa bakteri E.coli merupakan golongan bakteri gram negatif, sedangkan bakteri jenis termofilik merupakan golongan bakteri gram positif.
5.2              Saran
Saran saya pada raktikum ini yaitu sebaiknya praktikan lebih serius dalam melakukan praktikum pengecetan ini agar bakteri yang diamati dapat terlihat di mikroskop.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Pengenalan Alat dan Mikrobiologi. Jakarta. Erlangga.
             , 2007. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Universitas Haluoleo. Kendari.
Afrianto, L., 2004, Menghitung Mikroba Pada Bahan Makanan, Cakrawala (Suplemen pikiran rakyat untuk iptek), Farmasi FMIPA ITB : Bandung.
Amelia,G., R. Handayani, I. Saskiawan, T. Khusniati, A. Cholic. 2005. Isolasi dan Pengujian Aktivasi Enzim Amilase dan Protease Mikroba dari Terasi Asal Kalimantan Timur. Bogor: Pusat Penelitian Biologi.
Djida, N., 2000,  Metode Instrumental dalam Mikrobiologi Umum,  UNHAS Press :  Makassar.
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta
Ginting, Tjurmin. 2004. Penuntun Praktikum mikrobiologi Dasar I. Fakultas Pertanian. 
Hadioetomo. 2000. Mikrobiologi Dasar dalam praktek. Penerbit PT Gramedia. Jakarta
Ibnu, 2006.  Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta:Erlangga
Imamkhasani. 2005. Biokimia. Nutrisi dan Metabolisme. UI Press. Jakarta.
Indra. 2008. Media Pertumbuhan. 14 Februari 2011.
Judoamidjojo, Muljono. 1991. Teknologi Fermentasi. Bogor : IPB
Label, C. 2008. Pembuatan Media Agar dan Sterilisasi.  14 Februari 2011.
Mail. 2010. Laporan Pembuatan Medium. 14 Februari 2011.
M. Natsir Djide. 2006 .Mikrobiologi Farmasi Dasar. Universitas Hasanuddin. Makassar
Moechtar. 2008. Kimia Untuk SMA Kelas XI. Bogor : Regina.
Mored. 2005. Biokimia 2000. Erlangga. Jakarta.
Neilands, 1990. Analisa Kimia. Jakarta : Erlangga.
Nur, I. dan Asnani. 2007. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Akuatik. Universitas Haluoleo. Kendari
Pelczar, M. 1986. Dasar- Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia. Jakarta.
Roesheroe, Indrawati, Gandjar. 2006. Mikrobiologi Dasar dan Terapan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Rachdie. 2006. teknik-dasar-analisa-mikrobiologi-2. Jakarta
Sandjaja, B. 1992. Isolasi dan Identifikasi Mikrobakteria. Jakarta: Widya Medika.
Sarita, H. 2007. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Universitas Haluoleo. Kendari.
Sudarmadji. 2005. Penuntun Dasar-Dasar Kimia. Jakarta : Lepdikbud
Sumanti, Debby M., dkk. 2008. Diktat Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pangan.Universitas Padjajaran:Jatinangor.
Tyas, S. 2000. Pengecatan. Umum Press. Jakarta.
Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. Universitas Muhammadiyah Malang press. Malang.